Jumat, Agustus 27, 2010

Bulan Kitab Suci Nasional 2010

“Memperkenalkan Kitab Suci kepada Anak Sejak Usia Dini”

Pengantar

Mendengar kata “Kitab Suci” apakah yang terlintas dalam diri kita? Mungkin kata-kata berikut mewakili jawaban kita: Sabda / Firman Tuhan; buku yang sulit dimengerti, mahal, dan tulisannya kecil-kecil; atau bacaannya para pastor dan suster.....dll. Kalau diminta untuk mendefiniskan arti dan isi Kitab Suci, kita hampir pasti menjawab bahwa suatu buku yang berisi Sabda Tuhan. Nah, apakah “nasib” Kitab Suci kita seindah definisi itu? Sungguhkah karena buku itu berisi Sabda Tuhan, lalu kita tergerak untuk menyentuh, membuka, membaca lalu menimba inspirasi darinya? Anda sendiri yang akan menjawab!


Sering kita terkagum-kagum bila ada saudara-saudari non-Katolik yang dengan cas cis cus hapal dengan ayat-ayat KS. Hebat, luar biasa; demikian pujian positifnya! Namun tak jarang kita membela diri: jangan hanya hapal, yang penting bagaimana hidupnya. Apapun itu, kita sepakat bahwa umumnya kita salut dengan mereka, dan akhirnya memban-dingkan: romoku kok nggak seperti itu ya, kotbahnya nggak pernah mengutip ayat KS pantas saja nggak menarik! Sayangnya “koreksi” perbandingan itu kita timpakan kepada orang lain (romo, suster, katekis). Pernahkah kita memban-dingkan dengan diri kita sendiri? Mengapa aku nggak bisa seperti mereka??


Mencabut “Akar Dosa Asal”

Ada pepatah, “Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada meratapi kegelapan!” Dalam konteks KS kiranya pepatah itu cocok bila ditujukan kepada kita. Daripada hanya sekedar terkagum-kagum dan membanding-bandingkan, mari kita mulai sekarang “menyalakan sebatang lilin” hasrat dan keinginan untuk menyentuh, membuka dan membaca KS.

Sebagai langkah awal, sekarang (dengan membaca artikel ini) kita lihat berbagai litani alasan mengapa kita kurantg akrab dengan KS. Berikut ini mungkin (semoga tidak!) alasan yang sering kita katakan (dan sedikit sentilan):




  • Terlalu sibuk, tak ada waktu untuk membacanya! Padahal kita betah nonton sinetron atau online berjam-jam!
  • Kisahnya kuno, nggak masuk akal, jadul! Padahal kita terbuai dengan sihir Harry Potter atau acara “Dunia Lain.”
  • Bahasanya sulit dimengerti. Lho memangnya baca KS bahasa apa? Bahasa Indonesia kan? Kan ada KBBI.
  • Harganya mahal. Harga KS hanya antara Rp 50.000,- s/d Rp 100.000,-. Mungkin lebih banyak uang rokok atau pulsa kita bukan?
  • Tulisannya kecil-kecil. Mengapa membaca SMS dengan hurup sekecil tulisan KS kita betah? 
  • Nggak punya dasar pendidikan Alkitab. Apakah untuk membaca KS kita harus tamatan seminari terlebih dulu?
  • Pokoknya sulit dech......!!

Mungkin masih banyak lagi alasan “keberatan” kita untuk akrab dengan KS. Nah, dengan berbagai alasan di atas apakah alasan itu cukup mendasar? Ataukah alasan itu hanya “menutupi” kemalasan kita saja? Memang tak dipungkiri bahwa untuk memahami dan mengerti isi KS tidaklah mudah. Namun itu bukan berarti tidak mungkin bukan? Atau, menjadikan kita kemudian enggan mengakrabinya.

Kitab Suci = Sabda Tuhan

“Firman-Mu itu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi langkahku” (Mzm 109:105) Kata-kata pemazmur ini sungguh indah dan tepat; firman Tuhan adalah pelita, suluh atau penerang yang menuntun langkah hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita bagaikan berjalan dalam kegelapan malam, mudah terantuk, takut dan sulit untuk sampai pada tujuan. Di dalam Kitab Suci kita menemukan harta berlimpah baik berupa kisah, syair, perumpamaan, ataupun surat yang mengajak kita untuk hidup dalam kehendak Tuhan. Namun sayang, bahwa diantara kita “takut” dengan “kesucian” Kitab Suci itu (lihat alasan di atas). Kitab Suci bernasib buruk, tersembunyi, kusam, berdebu dan menjadi penunggu rak buku.

BKSN 2010

Bulan September, bagi Gereja Katolik se-Indonesia dikhususkan sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Tujuan yang hendak dicapai adalah agar umat semakin mengenal, mencintai Kitab Suci, dan akhirnya hidup mereka ada dalam tuntunan Sabda Tuhan. Pada tahun 2010 ini, tema yang hendak kita gumuli bersama adalah: MEMPERKENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK-ANAK SEJAK DINI. Tema ini mengajak kita (khususnya orang tua) untuk memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anaknya sejak mereka masih usia dini.

Kalaupun kita (orangtua) tak akrab dengan KS, jarang membacanya, janganlah hal itu kita wariskan kepada anak-anak kita. Biarlah “kemalasan” atau “keengganan” itu berhenti pada generasi kita. Mari bersama umat Katolik se-Tanah Air kita berubah dan membekali anak-anak kita dengan Sabda Tuhan. Dengan memperkenalkan Kitab Suci kepada anak sejak dini, kita telah mewariskan harta yang tak akan habis dimakan ngengat. **** BERSAMBUNG…..