Selasa, Juli 20, 2010
DOA DAN HARAPAN-2
Puisi kedua ini adalah karya RD Blasius Slamet Lasmunadi yang juga kami dapat dari sebuah milis. Puisi yang bagus mengungkapkan bagaimana doa harapan umat akan imam yang ideal/sempurna. Juga bagiamana doa dan harapan imam akan umatnya. Dan....akhirnya "Tuhan pun menjawab...." ya...mari kita bersama jangan hanya berharap menjadi sempurna namun berusaha tanpa henti untuk menjadi sempurna!
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Mat 5:48)
TUHAN PUN MENJAWAB...!
RD Blasius Slamet Lasmunadi
DOA SEORANG UMAT :
Tuhan,
Kalau boleh, aku memohon kepada-Mu, anugerahkanlah seorang imam yang muda, gantheng, namun ramah,
Janganlah imam itu orang yang judes dan mudah marah kepada umatnya,
Kalau boleh imam itu orang yang pandai, tapi juga rendah hati.
Berilah kami seorang imam, yang pandai berkotbah,
sehingga kami tidak ngantuk waktu misa, tapi juga dia imam yang bisa menyanyi merdu, jadi misa itu makin hikmat dan agung!
Kalau imam itu pandai bergaul, janganlah hanya bergaul dengan orang yang kaya, yang memberinya fasilitas yang mewah, tapi imam yang serba bisa bergaul dengan siapapun, dari anak-anak sampai orang tua dan kakek nenek!
Berilah kami imam yang mampu jadi pemimpin yang melayani berbagai macam ragam umat, ada yang mampu tapi tak mau, ada yang mau tapi tak mau, ada yang tidak mau dan tidak mampu.
Berilah kami imam yang hidupnya menghayati kemiskinan, dia lebih suka naik motor daripada mobil, meskipun harus kehujanan seperti umatnya yang miskin, dia tidak suka pakai baju yang mahal mahal harganya, dan syukur imam itu lebih suka pakai HP yang sederhana saja, tidak seperti BB
Berilah kami imam yang punya managemen bagus, tapi dia tidak "sakleg" dan tahu menempatkan diri dan tahu bagaimana mengelola pekerjaan administratif dengan rapi!
Berilah kami imam yang pandai berkotbah, tapi juga kelakuannya bisa dicontoh oleh umat!
SEORANG IMAM PUN BERDOA SETELAH TAHBISANNYA:
Tuhan, berilah aku umat paroki yang bisa mengerti diriku, kalau aku lemah dan sering mudah marah. Berilah aku umat yang tidak mudah menuntut dan mudah komentar terhadap kotbah dan kebijakan yang kuambil.
Berilah aku umat yang pendiam namun penurut padaku, sehingga aku bisa merancang karya pastoral dengan baik.
Berilah aku umat yang murah hati, kalaupun ia kaya, ia tidak akan pelit untuk memberikan sumbangannya kepada Gereja.
Berilah aku umat yang tidak pernah menyalahkan diriku, juga kalau akupun memang salah, kumohon mereka dapat memaklumi aku!
Berilah aku umat yang rendah hati yang ramah, tidak galak dan judes, tapi hati yang lapang, bisa menerima sikapku yang kadang kadang kasar dan semaunya..!
Berilah aku umat sebanyak mungkin yang mampu dan mau bekerja untuk terlibat di Paroki, terutama sebagai anggota Dewan Paroki, namun mereka juga pribadi yang murah hati dan tidak suka hitung untung rugi dengan kerja kerasnya.
Berilah aku umat yang selalu memujiku dan mengatakan "Pastor baik banget!" agar hidupku semakin enjoy.
Berilah aku umat yang menghormati wibawaku, bahwa aku bukanlah orang sembarangan, tapi aku orang yang pantas dihormati. Aku bangga kalau ada umat yang takut padaku!
TUHAN pun MENJAWAB DOA UMAT DAN DOA PARA IMAM:
Umat-Ku dan para imam-Ku, bukankah kalian itu semua orang yang tidak sempurna? Namun kenapa, hai umat-Ku semuanya, kenapa kalian meminta seorang imam yang sempurna? Apakah adil, Aku memberikan imam yang sempurna untuk menjadi pemimpin parokimu, sementara kamu sendiri juga belum sempurna?
Hai para imam, bukankah kalian juga sama belum sempurna seperti Bapa sempurna di surga? Mengapa kalian semua juga menuntut umatmu menjadi sempurna seperti yang engkau pikirkan? Apakah adil, kalau aku mempercayakan kepadamu umat yang sempurna sementara dirimu tidak sempurna? Apalagi engkau malah bangga ditakuti umatmu? Janganlah engkau bangga bila orang takut padamu, justru kalau engkau membuat orang lain takut, perlulah engkau bertanya pada dirimu, adakah cinta dalam hidupmu?
Nah karena kalian semua, baik imam maupun umat belum sempurna, bertindaklah yang "ADIL", berkembanglah menuju kesempurnaan bersama-sama! Roh-Ku akan Ku-utus agar kalian semua mampu bekerjasama dengan baik!
Akhirnya seorang imam itu menyadari kekeliruannya, ia tertantang untuk berubah menjadi pribadi yang tidak lagi perfeksionis, tapi menjadi pribadi yang rendah hati. Begitu jugalah umatnya, dia tergerak untuk berubah menjadi pribadi yang ramah dan tidak mudah menghakimi imamnya.
Semoga esok hari ada banyak kejutan yang membuat hidup makin bergairah dan penuh harapan! ****
DOA DAN HARAPAN-1
Berikut ini adalah puisi karya Arswendo Atmowiloto yang kami dapat dari sebuah milis. Puisi yang bagus mengungkapkan bagaimana harapan umat akan imamnya. Sambil tersenyum, kita renungkan isinya, yang barangkali juga merupakan harapan dan ungkapan hati kita bersama:
AKU MENDAMBAKAN ROMO YANG….
Arswendo Atmowiloto
aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat
aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
kaku pada dogma, tapi lucu kala canda
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar
aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual
duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku
eee, masih ada satu lagi
sekali mengenakan jubah, jangan berubah
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku
aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
“Berkah Dalem …”
*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta, 20 Juni 2010
AKU MENDAMBAKAN ROMO YANG….
Arswendo Atmowiloto
aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat
aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
kaku pada dogma, tapi lucu kala canda
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar
aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual
duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku
eee, masih ada satu lagi
sekali mengenakan jubah, jangan berubah
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku
aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
“Berkah Dalem …”
*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta, 20 Juni 2010
Senin, Juli 19, 2010
PENGETAHUAN DASAR IMAN KATOLIK
WAHYU DAN IMAN (2)
Pada bagian yang lalu kita telah memahami bahwa adanya perbedaan makna kata “wahyu” dalam kehidupan sehari-hari dengan wahyu dalam iman kita. Maka agar tidak salah mengerti dalam Alkitab Bahasa Indonesia kata ini seringkali diterjemahkan menjadi: penyataan atau menyatakan diri. Wahyu berasal dari Allah, bukan dari kekuatan gaib atau roh nenek moyang. Tanggapan manusia atas wahyu Allah disebut sebagai iman. Kita juga telah melihat bahwa manusia tidak sama seperti Allah Sang Maha Tahu. Pengetahuan manusia akan Allah tak pernah bisa memahami keseluruhan diri Allah. Manusia seringkali “merasa” mengenal dan mengetahui Allah, padahal barangkali itu barulah sebagian kecil saja tentang Allah. Allah yang Mahakuasa tak mungkin sepenuhnya terjangkau dengan otak manusia yang hanyalah bagian kecil dari tubuhnya.
a. Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia? (lanjutan)
Orang lain tak akan pernah tahu secara detail siapa diri kita bila ia hanya mengamati dan menganalisa bentuk fisik, tindakan, atau penampilan luar kita. Agar kita semakin dikenal maka kita perlu membuka diri kepada orang lain. Begitu juga dengan Allah. Kita memang bisa mengenal Allah melalui alam ciptaaan-Nya. Namun pengetahuan kita akan siapa Dia sebenarnya masih terbatas. Kita akan semakin mengenal-Nya bila Ia sendiri menyatakan diri kepada kita. Kita tahu bahwa akibat dosa, maka manusia terpisah dari Allah. Hal itu juga menyebabkan manusia kesulitan mengenal Allah. Namun syukurlah bahwa sejak semula Allah menunjukkan kasih-Nya untuk membawa manusia kembali dalam pangkuan-Nya. Maka sejak semula Ia tak pernah henti menyatakan diri-Nya kepada manusia. Puncak dari semua itu adalah dengan hadirnya Kristus ke dunia. Ia yang adalah Allah hadir dan tinggal bersama manusia dalam rupa manusia yang bisa dilihat dan disapa.
Secara ringkas, Surat Ibrani menyatakan hal itu, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” (Ibr 1:1-2) Berkat hadirnya Yesus ke tengah kita, maka kita yang tidak mengenal Allah menjadi mengenal-Nya, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yoh 1:18) “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; ...... Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” (Yoh 14:9-11)
b. Apakah yang disingkapkan Allah / Isi Wahyu?
- Dalam Perjanjian Lama
Dari kutipan Surat Ibrani di atas kita tahu bahwa Allah telah mewahyukan dirinya kepada manusia sejak zaman “nenek moyang hingga para nabi.” Yang dimaksudkan di sini adalah sejarah Perjanjian Lama. Secara ringkas ada tiga pokok isi wahyu Allah itu, yakni:
[1] Kehendak-Nya. Melalui Bapa Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan para nabi, Allah mewahyukan segala sesuatu yang harus dilaku-kan manusia dan apa maksud semua itu. Secara formal hal itu terungkap dalam Hukum Taurat, “Ia memberi-takan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya & hukum-hukum-Nya.” (Mzm 147:19)
[2] Kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya. Hal itu dinyatakan dalam alam ciptaan-Nya, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan peker-jaan tangan-Nya,” (Mzm 19:2). Allah adalah Allah yang hidup, yang jauh berbeda dengan allah / dewata.
[3] Keadilan dan Belaskasih-Nya. Allah begitu mengasihi bangsa pilihan-Nya meskipun mereka sering mengingkari Allah/ ia senantiasa membimbing dan melindungi umat pilihan, “Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku,” (Kel 19:4).
Dari kesemuanya itu, pokok wahyu Allah dalam Perjanjian Lama adalah: tawaran kesela-matan Allah kepada manusia, bahwa Allah senantiasa menyertai, mengasihi dan berkehen-dak untuk membawa kembali manusia dalam persatuan dengann-Nya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama, melalui Bapa Bangsa dan para nabi, Wahyu Allah bertujuan untuk mempersiapkan manusia menyambut kedatangan Sang Juru Selamat / Mesias.
- Wahyu Allah dalam Perjanjian Baru
Apakah pokok wahyu Allah dalam PB?
Wahyu Allah dalam PB merupakan penggenapan atas janji Allah dalam Perjanjian Lama. Jadi janji akan datangnya Mesias tergenapi di dalam PB.
Bagaimanakah bentuk / isi Allah dalam PB itu?
Wahyu Allah dalam PB adalah Yesus Kristus. Yesus adalah isi dan wujud nyata wahyu Allah, Ia adalah Sabda Allah sendiri. Maka di dalam diri Yesus, Allah hadir dan tinggal bersama manusia. Warta keselamatan Allah kepada manusia kini dinyatakan melalui dan dalam diri Yesus.
Sebagai pembawa dan sekaligus wahyu Allah, apakah yang diwartakan oleh Yesus?
Ketika di sinagoga Nazaret, Yesus mempoklamasikan warta Wahyu Allah yang dibawa-Nya, yakni: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19).
Jadi Yesus datang untuk menyatakan bahwa Kerajaan Allah melalui dan di dalam diri-Nya kini telah datang.
Apakah Kerajaan Allah itu?
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah (KA) adalah Allah-lah yang menjadi raja /meraja. Menerima KA berarti menerima bahwa hanya Allah yang meraja / mempimpin diri kita; kita memasrahkan diri untuk dipimpin dan hidup dalam kehendak Allah.
Bagaimanakah KA diwartakan oleh Yesus?
Yesus mewartakan KA dengan tiga cara, yakni:
- Melalui SABDA-Nya, dalam Perjanjian Baru kita bagaimana Yesus mengajar para murid dan orang banyak. Yesus menyampaikan sabda-Nya dalam bentuk pengajaran, perumpamaan dan juga teguran.
- Melalui KARYA-Nya, dari Galilea hingga ke Yerusalem selama 3 tahun Yesus tidak hanya sekedar omong namun juga bertindak/berkarya dengan menyembuhkan banyak orang.
- Melalui DIRI-Nya, diri Yesus adalah wahyu Allah itu sendiri. Ia adalah “Sabda yang menjadi Manusia” (Yoh 1:14).
Mengapa Yesus disebut sebagai puncak dan kepenuhan Wahyu Allah?
Yesus disebut sebagai puncak Wahyu Allah, karena Ia adalah Sabda Allah itu sendiri. Wahyu Allah yang disampaikan sejak jaman Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub) dan para nabi berpuncak dengan dengan hadirnya Yesus ke dunia. Ia disebut sebagai kepenuhan wahyu Allah karena wahyu Allah dalam Perjanjian Lama yang berupa janji kini terpenuhi dalam diri-Nya. Di dalam diri-Nya dan oleh diri-Nya lah wahyu Allah mencapai kepenuhannya. ............Bersambung.
Kamis, Juli 15, 2010
PENGETAHUAN DASAR IMAN KATOLIK
WAHYU DAN IMAN
Secara filosofis salah satu ciri khas manusia “bertanya.” Diantara makluk hidup hanya manusialah yang mempunyai kemampuan ini. Manusia selalu mempertanyakan berbagai hal menyangkut hidupnya, kejadian di sekitarnya dan juga fenomena alam. Dengan ciri khas ini maka manusia bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan memahami diri serta lingkungan-nya. Tanpa bertanya, kita tidak bisa membayangkan dunia seperti apa yang kita huni ini; manusia hanya pasrah, nrimo apa yang terjadi, tak tahu harus berbuat apa atau mengatasi masalahnya. Dengan mempertanyakan banyak hal, aneka ketidaktahuan dan kebuntuan manusia teratasi.
Namun harus diakui, karena bertanya adalah kemampuan akal-pikiran, maka pertanyaan manusia tak selalu dapat terjawab. Dalam titik inilah kita mengakui walaupun akal budi memang anugerah Allah, toh juga ada batasnya. Manusia bukan Allah Sang Mahatahu. Akhirnya manusia mengakui dan mengharapkan agar Allah “menyingkapkan” apa yang tidak bisa diketahuinya dengan nalar/akal itu.
A. WAHYU DALAM PAHAM KATOLIK/KRISTIANI
1. Apakah Wahyu itu?
Berbicara tentang “wahyu” dalam terang iman Katolik, kita harus “menyingkirkan” pemahaman umum yang kita mengerti. Memang ada kesamaan, namun inti ajaran Katolik tentang wahyu berbeda dengan pengertian umum kita. Umumnya kita mengerti wahyu sebagai bisikan atau petunjuk dari Allah atau kekuatan gaib yang diperoleh melalui penampakkan atau mimpi. Wahyu dalam arti ini lebih sebagai jalan keluar atau petunjuk atas masalah manusia dan apa yang harus ia lakukan. Kadang juga wahyu merupakan cara gaib manusia memperoleh kesaktian. Intinya, dalam paham umum ini wahyu merupakan monolog sepihak dari kekuatan gaib, manusia yang menerimanya hanya pasrah melakukan apa yang disampaikan.
Dalam paham Katolik (berbeda dengan paham Protestan) pengertian wahyu ada kesamaan dengan paham umum di atas, namun juga ada perbedaan mendasar. Ada dua pihak yang berperan: kekuatan gaib (yakni Allah) dan manusia. Namun hubungan keduanya bukan monolog (sepihak) melainkan dialog komunikatif. Wahyu Allah butuh tanggapan manusia (itulah yang disebut iman), tanpa tanggapan itu wahyu bukanlah wahyu.
Secara singkat wahyu adalah “penyingkapan/penyataan (bukan pernyataan) diri Allah kepada manusia.” Wahyu itu butuh tanggapan atau jawaban dari pihak manusia; tanggapan inilah yang disebut iman. Dari definisi singkat ini ada beberapa hal penting yang perlu kita mengerti:
Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia?
Apakah yang disingkapkan oleh Allah itu?
Bagaimana caranya?
a. Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia?
Siapakah Allah, bagaimanakah diri-Nya, apa yang dikehendaki-Nya? Bisakah kita menjawab pertanyaan itu dengan akal budi kita? Hati-hati kalau kita menjawab “ya bisa,” karena seringkali jawaban kita tidaklah menjelaskan siapa Allah yang sebenarnya. Jawaban kita adalah Allah yang ada dalam akal budi (otak) kita. Itu bukanlah Allah sejati namun “allah” yang kita ciptakan! Lalu bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan di awal tadi?
Allah akan kita mengerti secara penuh bila Ia menyatakan dirinya kepada kita. Mengapa? Kita tahu bahwa antara kita dengan Allah sungguh jauh berbeda. Allah itu kekal, sedangkan manusia itu fana. Manusia bisa dijelaskan dengan pancaindra namun Allah melampaui pancaindra manusia. Lalu bagaimana? .....Bersambung.
Langganan:
Postingan (Atom)