Senin, Juli 19, 2010
PENGETAHUAN DASAR IMAN KATOLIK
WAHYU DAN IMAN (2)
Pada bagian yang lalu kita telah memahami bahwa adanya perbedaan makna kata “wahyu” dalam kehidupan sehari-hari dengan wahyu dalam iman kita. Maka agar tidak salah mengerti dalam Alkitab Bahasa Indonesia kata ini seringkali diterjemahkan menjadi: penyataan atau menyatakan diri. Wahyu berasal dari Allah, bukan dari kekuatan gaib atau roh nenek moyang. Tanggapan manusia atas wahyu Allah disebut sebagai iman. Kita juga telah melihat bahwa manusia tidak sama seperti Allah Sang Maha Tahu. Pengetahuan manusia akan Allah tak pernah bisa memahami keseluruhan diri Allah. Manusia seringkali “merasa” mengenal dan mengetahui Allah, padahal barangkali itu barulah sebagian kecil saja tentang Allah. Allah yang Mahakuasa tak mungkin sepenuhnya terjangkau dengan otak manusia yang hanyalah bagian kecil dari tubuhnya.
a. Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia? (lanjutan)
Orang lain tak akan pernah tahu secara detail siapa diri kita bila ia hanya mengamati dan menganalisa bentuk fisik, tindakan, atau penampilan luar kita. Agar kita semakin dikenal maka kita perlu membuka diri kepada orang lain. Begitu juga dengan Allah. Kita memang bisa mengenal Allah melalui alam ciptaaan-Nya. Namun pengetahuan kita akan siapa Dia sebenarnya masih terbatas. Kita akan semakin mengenal-Nya bila Ia sendiri menyatakan diri kepada kita. Kita tahu bahwa akibat dosa, maka manusia terpisah dari Allah. Hal itu juga menyebabkan manusia kesulitan mengenal Allah. Namun syukurlah bahwa sejak semula Allah menunjukkan kasih-Nya untuk membawa manusia kembali dalam pangkuan-Nya. Maka sejak semula Ia tak pernah henti menyatakan diri-Nya kepada manusia. Puncak dari semua itu adalah dengan hadirnya Kristus ke dunia. Ia yang adalah Allah hadir dan tinggal bersama manusia dalam rupa manusia yang bisa dilihat dan disapa.
Secara ringkas, Surat Ibrani menyatakan hal itu, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” (Ibr 1:1-2) Berkat hadirnya Yesus ke tengah kita, maka kita yang tidak mengenal Allah menjadi mengenal-Nya, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yoh 1:18) “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; ...... Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” (Yoh 14:9-11)
b. Apakah yang disingkapkan Allah / Isi Wahyu?
- Dalam Perjanjian Lama
Dari kutipan Surat Ibrani di atas kita tahu bahwa Allah telah mewahyukan dirinya kepada manusia sejak zaman “nenek moyang hingga para nabi.” Yang dimaksudkan di sini adalah sejarah Perjanjian Lama. Secara ringkas ada tiga pokok isi wahyu Allah itu, yakni:
[1] Kehendak-Nya. Melalui Bapa Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan para nabi, Allah mewahyukan segala sesuatu yang harus dilaku-kan manusia dan apa maksud semua itu. Secara formal hal itu terungkap dalam Hukum Taurat, “Ia memberi-takan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya & hukum-hukum-Nya.” (Mzm 147:19)
[2] Kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya. Hal itu dinyatakan dalam alam ciptaan-Nya, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan peker-jaan tangan-Nya,” (Mzm 19:2). Allah adalah Allah yang hidup, yang jauh berbeda dengan allah / dewata.
[3] Keadilan dan Belaskasih-Nya. Allah begitu mengasihi bangsa pilihan-Nya meskipun mereka sering mengingkari Allah/ ia senantiasa membimbing dan melindungi umat pilihan, “Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku,” (Kel 19:4).
Dari kesemuanya itu, pokok wahyu Allah dalam Perjanjian Lama adalah: tawaran kesela-matan Allah kepada manusia, bahwa Allah senantiasa menyertai, mengasihi dan berkehen-dak untuk membawa kembali manusia dalam persatuan dengann-Nya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama, melalui Bapa Bangsa dan para nabi, Wahyu Allah bertujuan untuk mempersiapkan manusia menyambut kedatangan Sang Juru Selamat / Mesias.
- Wahyu Allah dalam Perjanjian Baru
Apakah pokok wahyu Allah dalam PB?
Wahyu Allah dalam PB merupakan penggenapan atas janji Allah dalam Perjanjian Lama. Jadi janji akan datangnya Mesias tergenapi di dalam PB.
Bagaimanakah bentuk / isi Allah dalam PB itu?
Wahyu Allah dalam PB adalah Yesus Kristus. Yesus adalah isi dan wujud nyata wahyu Allah, Ia adalah Sabda Allah sendiri. Maka di dalam diri Yesus, Allah hadir dan tinggal bersama manusia. Warta keselamatan Allah kepada manusia kini dinyatakan melalui dan dalam diri Yesus.
Sebagai pembawa dan sekaligus wahyu Allah, apakah yang diwartakan oleh Yesus?
Ketika di sinagoga Nazaret, Yesus mempoklamasikan warta Wahyu Allah yang dibawa-Nya, yakni: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19).
Jadi Yesus datang untuk menyatakan bahwa Kerajaan Allah melalui dan di dalam diri-Nya kini telah datang.
Apakah Kerajaan Allah itu?
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah (KA) adalah Allah-lah yang menjadi raja /meraja. Menerima KA berarti menerima bahwa hanya Allah yang meraja / mempimpin diri kita; kita memasrahkan diri untuk dipimpin dan hidup dalam kehendak Allah.
Bagaimanakah KA diwartakan oleh Yesus?
Yesus mewartakan KA dengan tiga cara, yakni:
- Melalui SABDA-Nya, dalam Perjanjian Baru kita bagaimana Yesus mengajar para murid dan orang banyak. Yesus menyampaikan sabda-Nya dalam bentuk pengajaran, perumpamaan dan juga teguran.
- Melalui KARYA-Nya, dari Galilea hingga ke Yerusalem selama 3 tahun Yesus tidak hanya sekedar omong namun juga bertindak/berkarya dengan menyembuhkan banyak orang.
- Melalui DIRI-Nya, diri Yesus adalah wahyu Allah itu sendiri. Ia adalah “Sabda yang menjadi Manusia” (Yoh 1:14).
Mengapa Yesus disebut sebagai puncak dan kepenuhan Wahyu Allah?
Yesus disebut sebagai puncak Wahyu Allah, karena Ia adalah Sabda Allah itu sendiri. Wahyu Allah yang disampaikan sejak jaman Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub) dan para nabi berpuncak dengan dengan hadirnya Yesus ke dunia. Ia disebut sebagai kepenuhan wahyu Allah karena wahyu Allah dalam Perjanjian Lama yang berupa janji kini terpenuhi dalam diri-Nya. Di dalam diri-Nya dan oleh diri-Nya lah wahyu Allah mencapai kepenuhannya. ............Bersambung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar Anda di sini
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.