GAGASAN DASAR
Pada masa Yesus kedudukan seorang anak baik dalam keluarga maupun di tengah masyarakat tidak diperhitungkan. Hal itu masih ditambah lagi dengan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam dunia patriakal anak laki-laki masih dipandang lebih tinggi statusnya dari anak perempuan. Anak-anak seringkali dianggap sebagai faktor pengganggu kebebasan orangtuanya (terutama ayahnya) dalam seksualitas. Pendek kata anak-anak merupakan golongan terpinggirkan dan lemah yang suaranya tak diperhitungkan. Nasibnya ditentukan dan tergantung pada orang dewasa.
Karya Yesus yang lebih banyak menyentuh kaum miskin dan lemah kiranya juga mencakup anak-anak. Yesus begitu menaruh perhatian kepada mereka. Hal tampak dalam berbagai kisah dalam Injil di mana Yesus menunjukkan kepedulian kepada anak-anak. Yesus ingin mendobrak pandangan umum yang meremehkan dan merendahkan kaum lemah, termasuk anak-anak.
Dalam Mrk 10:13-16 dikisahkan para murid yang memarahi para orangtua yang membawa anak-anaknya kepada Yesus. Yesus justru balik marah kepada para murid. Ia menerima bahkan memberkati anak-anak itu. Dua pengajaran penting disampaikan dalam kisah ini, yakni:
- Jangan menghalangi anak-anak yang datang kepada Yesus, karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah (Mrk 10:14). Anak-anak disebut sebagai pemilik Kerajaan Allah bukan karena kepolosan, kejujuran, sifat rendah hati dan taat yang dimilikinya, namun karena dalam diri anak terdapat tergambar bagaimana manusia semestinya berlaku di hadapan Allah. Anak-anak merupakan gambaran mereka yang lemah, tak berdaya dan senantiasa tergantung pada otoritas yang lebih tinggi. Hanya manusia yang berlaku demikian, tak berdaya dan mengandalkan kekuatan serta rahmat Allah, yang memiliki dan berhak menerima Kerajaan Allah. Manusia yang menyombongkan kekuatan dan kemampuannya sendiri tidak merasa memerlukan pertolongan pihak lain. Mereka akan cenderung menolak Allah.
- Barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil tidak akan masuk ke dalamnya (Mrk 10: 15). Kita telah tahu bahwa anak-anak merupakan gambaran kaum tak berdaya, lemah, terpinggirkan dan hidupnya tergantung pada orang lain. Maka untuk menyambut Yesus, Allah Bapa dan Kerajaan-Nya, para murid dituntut untuk hanya mengandalkan pemeliharaan dan belaskasih Allah. Bila berlaku demikian maka sesorang pantas untuk masuk ke Kerajaan Allah.
Tindakkan Yesus pada bagian akhir kisah tampak sangat mengesankan. Ia menerima anak-anak itu, memeluk dan memberkati mereka. Apa yang dilakukan Yesus bagaikan tindakkan seorang ayah kepada anak-anak. Hal itu melambangkan penerimaan Allah kepada mereka yang oleh manusia seringkali dianggap lemah, tak berdaya dan tak diperhitungkan.
Cinta dan kepedulian Yesus kepada anak-anak menjadi contoh dan teladan bagi hidup kita sehari-hari. Kalau Yesus sendiri telah menerima dan bahkan memberkati anak-anak, yang sering dianggap lemah, maka kita juga hendaknya mau menerima dan mencintai mereka yang lemah, tak berdaya dan sering kita abaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar Anda di sini
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.