Nyanyian dan musik merupakan unsur penting dalam liturgi Gereja. Begitu pentingnya peran itu sehingga ada ungkapan “Bernyanyi dengan baik sama dengan dua kali berdoa.” Dari ungkapan itu tersirat bahwa nyanyian dalam Gereja merupakan doa yang diungkapkan dalam bentuk nyanyian. Jadi nyanyian/lagu adalah doa! Nah, bagaimana bila kita menyanyikan nyanyian itu tidak dengan baik; atau nyanyian yang kita pakai dalam ibadat bukanlah doa?
Senin, Oktober 04, 2010
Rabu, September 29, 2010
LITURGI YANG HIDUP DAN MENGHIDUPKAN
“Liturgi Gereja Katolik membosankan, kering, kaku, kuno, jadul…..!” Keluhan demikian sering kita dengar atau bahkan alami sendiri. Lalu, apakah yang sudah kita lakukan? Apakah hanya terus mengeluh atau “lari” mencari liturgi yang sesuai dengan keinginan kita? Sudahkah kita berusaha agar liturgi yang kita rayakan itu menarik dan memberi buah-buah rohani bagi diri kita?
Tema IV BKSN 2010
YESUS MENCINTAI ANAK-ANAK
GAGASAN DASAR
GAGASAN DASAR
Pada masa Yesus kedudukan seorang anak baik dalam keluarga maupun di tengah masyarakat tidak diperhitungkan. Hal itu masih ditambah lagi dengan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam dunia patriakal anak laki-laki masih dipandang lebih tinggi statusnya dari anak perempuan. Anak-anak seringkali dianggap sebagai faktor pengganggu kebebasan orangtuanya (terutama ayahnya) dalam seksualitas. Pendek kata anak-anak merupakan golongan terpinggirkan dan lemah yang suaranya tak diperhitungkan. Nasibnya ditentukan dan tergantung pada orang dewasa.
Senin, September 20, 2010
Tema III BKSN 2010
TAAT DAN HORMAT PADA ORANGTUA
GAGASAN DASAR
Anak merupakan buah kasih suami dan isteri. Kehadiran anak di tengah keluarga merupakan anugerah istimewa yang patut disyukuri. Dengan hadirnya anak, orangtua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk membesarkan sekaligus mendidik mereka agar bertumbuh-kembang. Pendidikan merupakan bentuk pewarisan nilai-nilai dari orangtua kepada anaknya. Bagi anak sendiri, ia mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk taat dan menghormati orangtuanya. Hal itu merupakan salah satu bagian (perintah ke-5) dalam Dekalog.
Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus dengan jelas dan tegas memaparkan tugas dan kewajiban baik anak mupun orangtua. Hal itu mencakup tiga hal, yakni:
- Kewajiban seorang anak untuk taat kepada orangtuanya (Ef 3:1). Anak dalam pengertian ini bukan dalam arti anak kecil, yang didasarkan usia, namun dalam konteks kekeluargaan. Maka kewajiaban untuk taat kepada orangtua mencakup siapa saja yang berstaus sebagai anak dalam keluarga. Ketaatan kepada orangtua menurut Paulus harus dilakukan “di dalam Tuhan, ….” Ketaatan seorang anak kepada orangtuanya harus dilihat sebagai/seperti ketaatan kepada Tuhan. Keharusan seorang anak untuk taat pada orangtua itu karena mereka adalah wakil Allah. Orangtua memang bukan Allah Pencipta, namun Allah mengikutsertakan mereka mereka dalam karya penciptaan. Ketaatan itu dijalankan “di dalam Tuhan, …” Tuhan yang dimaksudkan di sini adalah Tuhan Yesus. Jadi ketaatan di sini merupakan kewajiban kristiani.
- Kewajiban untuk menghormati orangtua (Ef 3:2). Kewajiban yang kedua bagi seorang anak, menurut Paulus, adalah untuk menghormati ayah dan ibunya. Sikap ini erta kaitannya dengan sikap taat, karena cara menghormati orangtua adalah dengan mentaati perintah-perintahnya. Dalam tradisi Yahudi perintah untuk menghormati orangtua merupakan bagian pertama dalam Dekalog, yang mencakup kewajiban mereka kepada Tuhan. Dalam konteks inilah kewajiban/perintah untuk menghormati orangtua ditempatkan sama seperti kewajiban lainnya kepada Tuhan. Karena pada waktu seseorang masih anak-anak, orangtua merupakan wakil Allah yang paling tampak dan dekat. Perintah ini disebut sebagai “suatu perintah yang penting…” Hal ini dimaksudkan bahwa perintah menghormati orangtua merupakan perintah pertama yang harus diajarkan kepada anak-anak.
- Kewajiban orangtua untuk mendidik anak-anaknya (Ef 3:4). Orangtua mempunyai tugas dan tanggunjawab pertama untuk mendidik anak-anaknya. Orangtua wajib mendidik anak-anaknya dalam nasihat dan ajaran Tuhan. Orangtua berperan sebagai katalisator yang mendorong dan membantu anak-anaknya untuk menentukan tindakan dan bertanggungjawab atasnya.
Dewasa ini tak jarang orangtua yang kurang menyadari tugas dan kewajibannya untuk mendidik anak-anaknya. Dengan menyerahkan anak-anaknya ke sekolah, mereka merasa sudah cukup. Atau dalam hal iman, dengan menyerahkan anak-anaknya pada Sekolah Minggu maka kewajiban mendidik iman anaknya sudah selesai. Padahal pendidikan yang utama dan pertama ada di dalam keluarga. Kesibukan oleh pekerjaan seringkali menjadi alasan. Maka tak heran bila akhirnya “pihak luarlah” terutama lingkungan dan teman pergaulan yang “mengambil” alih peran itu. Akibatnya anak tumbuh dan berkembang mengikuti dunia sekitarnya. Tak jarang akhirnya anakpun menjadi lupa dan tidak tahu bagaimana harus taat dan menghormati orangtuannya.
Apakah situasi di atas juga kita alami?
- Sejauh mana orang tua memandang betapa pentingnya untuk mendidik dan mewariskan imannya kepada anak-anak? Apakah peran itu sudah dilakukan?
- Sebagai anak, sudahkah kewajiban kita sebagaimana nasihat Paulus dijalankan? Kapan dan bentuknya bagaimana?
- Bila terjadi perbedaan antara “hak-kewajiban” orangtua dan anak, bagaimana langkah untuk mengatasinya?
Rabu, September 15, 2010
Tema II BKSN 2010
BELAJAR DARI TIMOTIUS
<< 2Tim 3:10-17 >>
PENGANTAR
Penuh semangat, keteguhan hati dan kesetiaan pada ajaran iman yang benar dan Kitab Suci, merupakan tema pokok pertemuan ke-2 BKSN 2010. Pada pertemuan pertama yang lalu kita telah belajar bagaimana cara orang Yahudi mewariskan imannya kepada anak-anaknya. Pada pertemuan ini kita hendak mengenal dan meneladani hidup Timotius.
Saat ia mengalami aneka persoalan dengan jemaat Efesus, ia membutuhkan nasihat yang bisa menjadi pedoman untuk memecahkannya. Paulus, gurunya, dua kali mengirimkan suratnya kepada Timotius. Selain memuji Timotius, Paulus juga menasihatinya agar berpegang teguh pada apa yang diajarkan Paulus dan pada kebenaran Kitab Suci sebagaimana yang telah diterimanya sejak kecil. Kitab Suci bukanlah kata-kata atau tulisan tanpa makna. Kitab Suci sungguh berdaya guna bagi mereka yang mau mengikutinya.
TIMOTIUS DAN JEMAATNYA
Timotius berasal dari Listra. Ayahnya adalah seorang Yunani sedangkan ibunya, yang bernama Eunike adalah seorang Yahudi. Sekitar tahun 50 M, Paulus dalam perjalanan misinya yang kedua mengunjungi Listra. Lalu Timotius menemani perjalanan misi Paulus berikutnya. Dalam perjalanan misi ke-4, Timotius ditinggalkan oleh Paulus di Efesus untuk membina iman jemaat di sana. Hubungan antara Paulus dan Timotius sangatlah erat. Hal ini tampak dari dua surat yang ditulis Paulus kepada Timotius. Dalam kedua surat itu Paulus berulangkali memuji dan menunjukkan kepercayaan yang besar kepada Timotius.
Kedua surat Paulus bagi Timotius digolongkan sebagai Surat Pastoral yang berisikan bagaimana pengajaran yang benar, pengaturan jemaat dan kepengurusannya, dan bagaimana memelihara serta mengembangkan iman dan hidup jemaat kristiani. Dengan situasi yang dialami oleh Timotius dan jemaat Efesus, Surat Paulus kiranya hadir pada waktu yang tepat. Dalam 2Tim 3:10-17 Paulus mengingatkan Timotius untuk setia dan berpegang pada apa yang diajarkannya. Paulus juga mengingatkan Timotius untuk berpegang teguh pada ajaran Kitab Suci, sebagaimana yang telah Timotius terima dari Eunike, ibunya dan Lois, neneknya. Kitab Suci, menurut Paulus, sungguh bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Pendeknya, Surat Paulus yang berisi pujian, nasihat dan petunjuk merupakan titik terang bagi Timotius untuk memecahkan aneka persoalan yang melanda jemaat Efesus.
Apa yang dialami Timotius? Saat dipercaya oleh Paulus untuk mendampingi jemaat Efesus berbagai persoalan mendera jemaat yang masih berusia muda itu. Di sana saat itu muncul aneka ajaran yang bertentangan dengan iman akan Kristus. Di dalam jemaat timbul kebingungan akibat datangnya “guru-guru palsu” yakni orang Kristen dari kalangan Yahudi yang mengajarkan iman yang berbeda dengan apa yang jemaat terima dari Paulus. Mereka mengajarkan bahwa umat Kristen harus juga memenuhi kewajiban-kewajiban Hukum Taurat, yang seringkali berupa kebiasaan-kebiasaan Yahudi. Selain itu jemaat Efesus juga membutuhkan adanya kepengurusan jemaat. Bagaimana dan siapakah orang yang layak untuk diangkat sebagai pemimpin? Dalam situasi demikianlah Timotius membutuhkan pegangan agar bisa berpijak pada kebenaran iman sehingga dapat membimbing jemaat Efesus.
BAGAIMANA DENGAN KITA?
Di sekitar kita pun sekarang muncul “ajaran-ajaran palsu” yang mengajak kita hidup serba instan, hedonis, materialistis dan individualistis. “Ajaran-ajaran” ada dalam bentuk hiburan, teknologi, gaya hidup, dll. Kalau kita tidak hati-hati menyikapinya kitapun akan hanyut di dalamnya dan cenderung mencari kenikmatan untuk diri sendiri dan sementara. Kita menjadi lupa dengan orang lain di sekitar kita dan lebih parah lagi kita melupakan Tuhan. Dalam situasi demikian apakah yang menjadi pegangan kita? Cukupkah ajaran iman yang kita terima dari orangtua, Gereja atau sekolah? Adakah ayat Kitab Suci yang dapat menjadi pedoman kita?
AKSI NYATA
Carilah ayat Kitab Suci yang dapat menjadi pegangan manakala mengalami situasi berikut (pilih salah satu):
Perselisihan / percekcokan dengan tetangga.
Kecewa dengan kekurangan diri.
Aneka godaan di sekitar (teknologi, narkoba, gaya hidup), dll.
Ingatlah, bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. <<2Tim 3:15>> |
Selasa, September 14, 2010
Tema I BKSN 2010
Belajar dari Tradisi Yahudi
GAGASAN DASAR
Suatu peristiwa penting atau luar biasa dalam hidup seseorang atau suatu bangsa tidaklah gampang untuk dilupakan. Oleh karena itu seseorang atau suatu bangsa punya cara tertentu agar ingatan atas peristiwa penting itu tetap abadi. Hal demikian juga dialami oleh Bangsa Israel, peristiwa exodus (keluarnya Israel dari Mesir) dan masuknya mereka ke Kanaan (tanah terjanji) merupakan dua peristiwa luar biasa yang terus diingat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kedua peristiwa itu bagi mereka merupakan dua karya Allah yang paling istimewa, baik sebagai bangsa maupun dalam kehidupan religius.
Sejak masih anak-anak, anak-anak Israel telah diajarkan untuk mengenal dan memahami dua peristiwa di atas dan juga konsekuensi yang menyertainya. Cara yang ditempuh adalah mengajarkan shema kepada anak-anak sejak mereka berusia 5 tahun. Shema adalah pengakuan iman monoteis Israel (Tuhan itu Esa) dan kewajiban untuk mengasihi dan melakukan perintah-perintah-Nya. Dalam bahasa Ibrani, shema berarti “mendengarkan” diambil dari kata pertama kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Israel, yakni “dengarlah….” Shema terdiri dari tiga bagian, yakni:
Ul 6:4-9 : Berisikan tentang pengakuan iman monoteis disertai perintah untuk mengasihi dan menjalankan ajaran-ajaran-Nya, juga kewajiban untuk mengajarkannya kepada anak-anak di setiap kesempatan. Shema itu haruslah dituliskan pada Filakteria dan Mezuzah.
Ul 11:13-21 : Bagian kedua ini berisi tentang komitmen bangsa Israel untuk melaksanakan perintah Tuhan sebagai bukti kesetiaan mereka kepada-Nya. Komitmen itu mengandung konsekuensi ganjaran dan hukuman. Melaksanakan perintah Tuhan akan memperoleh ganjaran, sedangkan mengabaikannya akan mendatangkan hukuman. Bagian inipun disertai tugas untuk mengajarkannya kepada anak-anak keturunan mereka.
Bil 15:37-42 : Bagian ketiga ini merupakan perintah agar bagngsa Israel memakai Tzizit agar mereka setiap saat ingat akan perintah Tuhan dan melaksanakannya.
Mezuzah |
Selain menghapal dan memahami teks-teks Kitab Suci, seorang anak juga wajib memiliki ayat emas (lihat keterangan pada lampiran), yakni ayat Kitab Suci yang paling mengena dan paling digemari. Proses mencari ayat emas tidaklah gampang, menuntut dan mengandaikan seorang anak membaca seluruh Kitab Suci.
KITA BAGAIMANA?
Jadi, bagi bangsa Israel/Yahudi sejarah dan pokok iman mereka merupakan warisan tak ternilai yang wajib dilestarikan dan diwariskan kepada keturunan mereka. Orangtua, keluarga, sekolah dan seluruh bangsa mempunyai tanggungjawab yang besar untuk itu. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah orangtua dan sekolah atau Gereja sudah menanamkan dan mewariskan kekayaan imannya kepada kita? Cara apa saja yang sudah ditempuh? Cukupkah apa yang telah kita berikan kepada anak-anak kita selama ini?
APA YANG BISA KITA BUAT?
Dalam konteks kita sekarang, Tema I BKSN 2010 ini dapat diaplikasikan dalam beberapa contoh AKSI NYATA berikut.
Orang tua dapat membantu anak untuk menemukan Ayat Emas (Penjelasan lihat di bawah). Orangtua hendaknya memberi contoh terlebih dahulu dengan menemukan Ayat Emasnya sendiri.
Orang tua membantu anak/membuatkan kreasi atas Ayat Emas yang didapat dalam aneka bentuk dan media, misalnya: selipan buku, gantungan kunci, gambar, tulisan indah, dll.
Orang tua membiasakan anak-anak untuk ikut serta dalam perayaan-perayaan liturgi.
Orang tua menyediakan Alkitab untuk anak, aneka buku / gambar cerita Alkitab.
Catatan: Walau disebut “orang tua” siapapun kita diajak untuk mencintai KS dan mengajak orang lain untuk berlaku sama.
Beberapa Penjelasan:
Filakteria : Kotak kecil dari kulit berisikan gulungan shema atau teks Kitab Suci lain (misalnya Kel 13:1-6 dan Dekalog) yang diikatkan dengan tali pada pergelangan tangan dan dahi pada saat seseorang berdoa.
Mezuzah : Tabung kecil yang berisi gulungan atau lempengan yang bertuliskan shema yang diletakkan pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang kota.
Tzizit : Jumbai-jumbai pada punca baju yang dibubuhi dengan benang ungu kebiru-biruan.
Ayat Emas : Ayat Kitab Suci yang paling digemari atau berkesan bagi seorang anak dengan ketentuan bahwa ayat itu hurup awal dan hurup akhirnya haruslah sama dengan hurup awal dan hurup akhir nama dirinya. Misalnya: Nama seorang anak adalah BERTA. Untuk mencari ayat emasnya ia haruslah menemukan ayat yang berawal dengan hurup “B” dan berakhir dengan hurup “A.” Ayat emas yang didapat misalnya dari Mat 5:7, “Berbahagialah orang yang murah hatinya.”
Kotak kecil pada dahi dan pita pada lengan adalah FILAKTERIA. Rumbai-rumbai pada ujung kain adalah TZITZIT |
Jumat, Agustus 27, 2010
Bulan Kitab Suci Nasional 2010
“Memperkenalkan Kitab Suci kepada Anak Sejak Usia Dini”
Pengantar
Mendengar kata “Kitab Suci” apakah yang terlintas dalam diri kita? Mungkin kata-kata berikut mewakili jawaban kita: Sabda / Firman Tuhan; buku yang sulit dimengerti, mahal, dan tulisannya kecil-kecil; atau bacaannya para pastor dan suster.....dll. Kalau diminta untuk mendefiniskan arti dan isi Kitab Suci, kita hampir pasti menjawab bahwa suatu buku yang berisi Sabda Tuhan. Nah, apakah “nasib” Kitab Suci kita seindah definisi itu? Sungguhkah karena buku itu berisi Sabda Tuhan, lalu kita tergerak untuk menyentuh, membuka, membaca lalu menimba inspirasi darinya? Anda sendiri yang akan menjawab!
Sering kita terkagum-kagum bila ada saudara-saudari non-Katolik yang dengan cas cis cus hapal dengan ayat-ayat KS. Hebat, luar biasa; demikian pujian positifnya! Namun tak jarang kita membela diri: jangan hanya hapal, yang penting bagaimana hidupnya. Apapun itu, kita sepakat bahwa umumnya kita salut dengan mereka, dan akhirnya memban-dingkan: romoku kok nggak seperti itu ya, kotbahnya nggak pernah mengutip ayat KS pantas saja nggak menarik! Sayangnya “koreksi” perbandingan itu kita timpakan kepada orang lain (romo, suster, katekis). Pernahkah kita memban-dingkan dengan diri kita sendiri? Mengapa aku nggak bisa seperti mereka??
Mencabut “Akar Dosa Asal”
Ada pepatah, “Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada meratapi kegelapan!” Dalam konteks KS kiranya pepatah itu cocok bila ditujukan kepada kita. Daripada hanya sekedar terkagum-kagum dan membanding-bandingkan, mari kita mulai sekarang “menyalakan sebatang lilin” hasrat dan keinginan untuk menyentuh, membuka dan membaca KS.
Sebagai langkah awal, sekarang (dengan membaca artikel ini) kita lihat berbagai litani alasan mengapa kita kurantg akrab dengan KS. Berikut ini mungkin (semoga tidak!) alasan yang sering kita katakan (dan sedikit sentilan):
Mungkin masih banyak lagi alasan “keberatan” kita untuk akrab dengan KS. Nah, dengan berbagai alasan di atas apakah alasan itu cukup mendasar? Ataukah alasan itu hanya “menutupi” kemalasan kita saja? Memang tak dipungkiri bahwa untuk memahami dan mengerti isi KS tidaklah mudah. Namun itu bukan berarti tidak mungkin bukan? Atau, menjadikan kita kemudian enggan mengakrabinya.
Kitab Suci = Sabda Tuhan
“Firman-Mu itu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi langkahku” (Mzm 109:105) Kata-kata pemazmur ini sungguh indah dan tepat; firman Tuhan adalah pelita, suluh atau penerang yang menuntun langkah hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita bagaikan berjalan dalam kegelapan malam, mudah terantuk, takut dan sulit untuk sampai pada tujuan. Di dalam Kitab Suci kita menemukan harta berlimpah baik berupa kisah, syair, perumpamaan, ataupun surat yang mengajak kita untuk hidup dalam kehendak Tuhan. Namun sayang, bahwa diantara kita “takut” dengan “kesucian” Kitab Suci itu (lihat alasan di atas). Kitab Suci bernasib buruk, tersembunyi, kusam, berdebu dan menjadi penunggu rak buku.
BKSN 2010
Bulan September, bagi Gereja Katolik se-Indonesia dikhususkan sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Tujuan yang hendak dicapai adalah agar umat semakin mengenal, mencintai Kitab Suci, dan akhirnya hidup mereka ada dalam tuntunan Sabda Tuhan. Pada tahun 2010 ini, tema yang hendak kita gumuli bersama adalah: MEMPERKENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK-ANAK SEJAK DINI. Tema ini mengajak kita (khususnya orang tua) untuk memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anaknya sejak mereka masih usia dini.
Kalaupun kita (orangtua) tak akrab dengan KS, jarang membacanya, janganlah hal itu kita wariskan kepada anak-anak kita. Biarlah “kemalasan” atau “keengganan” itu berhenti pada generasi kita. Mari bersama umat Katolik se-Tanah Air kita berubah dan membekali anak-anak kita dengan Sabda Tuhan. Dengan memperkenalkan Kitab Suci kepada anak sejak dini, kita telah mewariskan harta yang tak akan habis dimakan ngengat. **** BERSAMBUNG…..
Pengantar
Mendengar kata “Kitab Suci” apakah yang terlintas dalam diri kita? Mungkin kata-kata berikut mewakili jawaban kita: Sabda / Firman Tuhan; buku yang sulit dimengerti, mahal, dan tulisannya kecil-kecil; atau bacaannya para pastor dan suster.....dll. Kalau diminta untuk mendefiniskan arti dan isi Kitab Suci, kita hampir pasti menjawab bahwa suatu buku yang berisi Sabda Tuhan. Nah, apakah “nasib” Kitab Suci kita seindah definisi itu? Sungguhkah karena buku itu berisi Sabda Tuhan, lalu kita tergerak untuk menyentuh, membuka, membaca lalu menimba inspirasi darinya? Anda sendiri yang akan menjawab!
Sering kita terkagum-kagum bila ada saudara-saudari non-Katolik yang dengan cas cis cus hapal dengan ayat-ayat KS. Hebat, luar biasa; demikian pujian positifnya! Namun tak jarang kita membela diri: jangan hanya hapal, yang penting bagaimana hidupnya. Apapun itu, kita sepakat bahwa umumnya kita salut dengan mereka, dan akhirnya memban-dingkan: romoku kok nggak seperti itu ya, kotbahnya nggak pernah mengutip ayat KS pantas saja nggak menarik! Sayangnya “koreksi” perbandingan itu kita timpakan kepada orang lain (romo, suster, katekis). Pernahkah kita memban-dingkan dengan diri kita sendiri? Mengapa aku nggak bisa seperti mereka??
Mencabut “Akar Dosa Asal”
Ada pepatah, “Lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada meratapi kegelapan!” Dalam konteks KS kiranya pepatah itu cocok bila ditujukan kepada kita. Daripada hanya sekedar terkagum-kagum dan membanding-bandingkan, mari kita mulai sekarang “menyalakan sebatang lilin” hasrat dan keinginan untuk menyentuh, membuka dan membaca KS.
Sebagai langkah awal, sekarang (dengan membaca artikel ini) kita lihat berbagai litani alasan mengapa kita kurantg akrab dengan KS. Berikut ini mungkin (semoga tidak!) alasan yang sering kita katakan (dan sedikit sentilan):
- Terlalu sibuk, tak ada waktu untuk membacanya! Padahal kita betah nonton sinetron atau online berjam-jam!
- Kisahnya kuno, nggak masuk akal, jadul! Padahal kita terbuai dengan sihir Harry Potter atau acara “Dunia Lain.”
- Bahasanya sulit dimengerti. Lho memangnya baca KS bahasa apa? Bahasa Indonesia kan? Kan ada KBBI.
- Harganya mahal. Harga KS hanya antara Rp 50.000,- s/d Rp 100.000,-. Mungkin lebih banyak uang rokok atau pulsa kita bukan?
- Tulisannya kecil-kecil. Mengapa membaca SMS dengan hurup sekecil tulisan KS kita betah?
- Nggak punya dasar pendidikan Alkitab. Apakah untuk membaca KS kita harus tamatan seminari terlebih dulu?
- Pokoknya sulit dech......!!
Kitab Suci = Sabda Tuhan
“Firman-Mu itu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi langkahku” (Mzm 109:105) Kata-kata pemazmur ini sungguh indah dan tepat; firman Tuhan adalah pelita, suluh atau penerang yang menuntun langkah hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita bagaikan berjalan dalam kegelapan malam, mudah terantuk, takut dan sulit untuk sampai pada tujuan. Di dalam Kitab Suci kita menemukan harta berlimpah baik berupa kisah, syair, perumpamaan, ataupun surat yang mengajak kita untuk hidup dalam kehendak Tuhan. Namun sayang, bahwa diantara kita “takut” dengan “kesucian” Kitab Suci itu (lihat alasan di atas). Kitab Suci bernasib buruk, tersembunyi, kusam, berdebu dan menjadi penunggu rak buku.
BKSN 2010
Bulan September, bagi Gereja Katolik se-Indonesia dikhususkan sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Tujuan yang hendak dicapai adalah agar umat semakin mengenal, mencintai Kitab Suci, dan akhirnya hidup mereka ada dalam tuntunan Sabda Tuhan. Pada tahun 2010 ini, tema yang hendak kita gumuli bersama adalah: MEMPERKENALKAN KITAB SUCI KEPADA ANAK-ANAK SEJAK DINI. Tema ini mengajak kita (khususnya orang tua) untuk memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anaknya sejak mereka masih usia dini.
Kalaupun kita (orangtua) tak akrab dengan KS, jarang membacanya, janganlah hal itu kita wariskan kepada anak-anak kita. Biarlah “kemalasan” atau “keengganan” itu berhenti pada generasi kita. Mari bersama umat Katolik se-Tanah Air kita berubah dan membekali anak-anak kita dengan Sabda Tuhan. Dengan memperkenalkan Kitab Suci kepada anak sejak dini, kita telah mewariskan harta yang tak akan habis dimakan ngengat. **** BERSAMBUNG…..
Selasa, Juli 20, 2010
DOA DAN HARAPAN-2
Puisi kedua ini adalah karya RD Blasius Slamet Lasmunadi yang juga kami dapat dari sebuah milis. Puisi yang bagus mengungkapkan bagaimana doa harapan umat akan imam yang ideal/sempurna. Juga bagiamana doa dan harapan imam akan umatnya. Dan....akhirnya "Tuhan pun menjawab...." ya...mari kita bersama jangan hanya berharap menjadi sempurna namun berusaha tanpa henti untuk menjadi sempurna!
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Mat 5:48)
TUHAN PUN MENJAWAB...!
RD Blasius Slamet Lasmunadi
DOA SEORANG UMAT :
Tuhan,
Kalau boleh, aku memohon kepada-Mu, anugerahkanlah seorang imam yang muda, gantheng, namun ramah,
Janganlah imam itu orang yang judes dan mudah marah kepada umatnya,
Kalau boleh imam itu orang yang pandai, tapi juga rendah hati.
Berilah kami seorang imam, yang pandai berkotbah,
sehingga kami tidak ngantuk waktu misa, tapi juga dia imam yang bisa menyanyi merdu, jadi misa itu makin hikmat dan agung!
Kalau imam itu pandai bergaul, janganlah hanya bergaul dengan orang yang kaya, yang memberinya fasilitas yang mewah, tapi imam yang serba bisa bergaul dengan siapapun, dari anak-anak sampai orang tua dan kakek nenek!
Berilah kami imam yang mampu jadi pemimpin yang melayani berbagai macam ragam umat, ada yang mampu tapi tak mau, ada yang mau tapi tak mau, ada yang tidak mau dan tidak mampu.
Berilah kami imam yang hidupnya menghayati kemiskinan, dia lebih suka naik motor daripada mobil, meskipun harus kehujanan seperti umatnya yang miskin, dia tidak suka pakai baju yang mahal mahal harganya, dan syukur imam itu lebih suka pakai HP yang sederhana saja, tidak seperti BB
Berilah kami imam yang punya managemen bagus, tapi dia tidak "sakleg" dan tahu menempatkan diri dan tahu bagaimana mengelola pekerjaan administratif dengan rapi!
Berilah kami imam yang pandai berkotbah, tapi juga kelakuannya bisa dicontoh oleh umat!
SEORANG IMAM PUN BERDOA SETELAH TAHBISANNYA:
Tuhan, berilah aku umat paroki yang bisa mengerti diriku, kalau aku lemah dan sering mudah marah. Berilah aku umat yang tidak mudah menuntut dan mudah komentar terhadap kotbah dan kebijakan yang kuambil.
Berilah aku umat yang pendiam namun penurut padaku, sehingga aku bisa merancang karya pastoral dengan baik.
Berilah aku umat yang murah hati, kalaupun ia kaya, ia tidak akan pelit untuk memberikan sumbangannya kepada Gereja.
Berilah aku umat yang tidak pernah menyalahkan diriku, juga kalau akupun memang salah, kumohon mereka dapat memaklumi aku!
Berilah aku umat yang rendah hati yang ramah, tidak galak dan judes, tapi hati yang lapang, bisa menerima sikapku yang kadang kadang kasar dan semaunya..!
Berilah aku umat sebanyak mungkin yang mampu dan mau bekerja untuk terlibat di Paroki, terutama sebagai anggota Dewan Paroki, namun mereka juga pribadi yang murah hati dan tidak suka hitung untung rugi dengan kerja kerasnya.
Berilah aku umat yang selalu memujiku dan mengatakan "Pastor baik banget!" agar hidupku semakin enjoy.
Berilah aku umat yang menghormati wibawaku, bahwa aku bukanlah orang sembarangan, tapi aku orang yang pantas dihormati. Aku bangga kalau ada umat yang takut padaku!
TUHAN pun MENJAWAB DOA UMAT DAN DOA PARA IMAM:
Umat-Ku dan para imam-Ku, bukankah kalian itu semua orang yang tidak sempurna? Namun kenapa, hai umat-Ku semuanya, kenapa kalian meminta seorang imam yang sempurna? Apakah adil, Aku memberikan imam yang sempurna untuk menjadi pemimpin parokimu, sementara kamu sendiri juga belum sempurna?
Hai para imam, bukankah kalian juga sama belum sempurna seperti Bapa sempurna di surga? Mengapa kalian semua juga menuntut umatmu menjadi sempurna seperti yang engkau pikirkan? Apakah adil, kalau aku mempercayakan kepadamu umat yang sempurna sementara dirimu tidak sempurna? Apalagi engkau malah bangga ditakuti umatmu? Janganlah engkau bangga bila orang takut padamu, justru kalau engkau membuat orang lain takut, perlulah engkau bertanya pada dirimu, adakah cinta dalam hidupmu?
Nah karena kalian semua, baik imam maupun umat belum sempurna, bertindaklah yang "ADIL", berkembanglah menuju kesempurnaan bersama-sama! Roh-Ku akan Ku-utus agar kalian semua mampu bekerjasama dengan baik!
Akhirnya seorang imam itu menyadari kekeliruannya, ia tertantang untuk berubah menjadi pribadi yang tidak lagi perfeksionis, tapi menjadi pribadi yang rendah hati. Begitu jugalah umatnya, dia tergerak untuk berubah menjadi pribadi yang ramah dan tidak mudah menghakimi imamnya.
Semoga esok hari ada banyak kejutan yang membuat hidup makin bergairah dan penuh harapan! ****
DOA DAN HARAPAN-1
Berikut ini adalah puisi karya Arswendo Atmowiloto yang kami dapat dari sebuah milis. Puisi yang bagus mengungkapkan bagaimana harapan umat akan imamnya. Sambil tersenyum, kita renungkan isinya, yang barangkali juga merupakan harapan dan ungkapan hati kita bersama:
AKU MENDAMBAKAN ROMO YANG….
Arswendo Atmowiloto
aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat
aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
kaku pada dogma, tapi lucu kala canda
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar
aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual
duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku
eee, masih ada satu lagi
sekali mengenakan jubah, jangan berubah
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku
aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
“Berkah Dalem …”
*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta, 20 Juni 2010
AKU MENDAMBAKAN ROMO YANG….
Arswendo Atmowiloto
aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat
aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
kaku pada dogma, tapi lucu kala canda
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar
aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang mengajarkan ritual sekaligus spiritual
duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku
eee, masih ada satu lagi
sekali mengenakan jubah, jangan berubah
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku
aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
“Berkah Dalem …”
*) dibacakan saat dialog interaktif, di kompleks Gereja St. Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta, 20 Juni 2010
Senin, Juli 19, 2010
PENGETAHUAN DASAR IMAN KATOLIK
WAHYU DAN IMAN (2)
Pada bagian yang lalu kita telah memahami bahwa adanya perbedaan makna kata “wahyu” dalam kehidupan sehari-hari dengan wahyu dalam iman kita. Maka agar tidak salah mengerti dalam Alkitab Bahasa Indonesia kata ini seringkali diterjemahkan menjadi: penyataan atau menyatakan diri. Wahyu berasal dari Allah, bukan dari kekuatan gaib atau roh nenek moyang. Tanggapan manusia atas wahyu Allah disebut sebagai iman. Kita juga telah melihat bahwa manusia tidak sama seperti Allah Sang Maha Tahu. Pengetahuan manusia akan Allah tak pernah bisa memahami keseluruhan diri Allah. Manusia seringkali “merasa” mengenal dan mengetahui Allah, padahal barangkali itu barulah sebagian kecil saja tentang Allah. Allah yang Mahakuasa tak mungkin sepenuhnya terjangkau dengan otak manusia yang hanyalah bagian kecil dari tubuhnya.
a. Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia? (lanjutan)
Orang lain tak akan pernah tahu secara detail siapa diri kita bila ia hanya mengamati dan menganalisa bentuk fisik, tindakan, atau penampilan luar kita. Agar kita semakin dikenal maka kita perlu membuka diri kepada orang lain. Begitu juga dengan Allah. Kita memang bisa mengenal Allah melalui alam ciptaaan-Nya. Namun pengetahuan kita akan siapa Dia sebenarnya masih terbatas. Kita akan semakin mengenal-Nya bila Ia sendiri menyatakan diri kepada kita. Kita tahu bahwa akibat dosa, maka manusia terpisah dari Allah. Hal itu juga menyebabkan manusia kesulitan mengenal Allah. Namun syukurlah bahwa sejak semula Allah menunjukkan kasih-Nya untuk membawa manusia kembali dalam pangkuan-Nya. Maka sejak semula Ia tak pernah henti menyatakan diri-Nya kepada manusia. Puncak dari semua itu adalah dengan hadirnya Kristus ke dunia. Ia yang adalah Allah hadir dan tinggal bersama manusia dalam rupa manusia yang bisa dilihat dan disapa.
Secara ringkas, Surat Ibrani menyatakan hal itu, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” (Ibr 1:1-2) Berkat hadirnya Yesus ke tengah kita, maka kita yang tidak mengenal Allah menjadi mengenal-Nya, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yoh 1:18) “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; ...... Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” (Yoh 14:9-11)
b. Apakah yang disingkapkan Allah / Isi Wahyu?
- Dalam Perjanjian Lama
Dari kutipan Surat Ibrani di atas kita tahu bahwa Allah telah mewahyukan dirinya kepada manusia sejak zaman “nenek moyang hingga para nabi.” Yang dimaksudkan di sini adalah sejarah Perjanjian Lama. Secara ringkas ada tiga pokok isi wahyu Allah itu, yakni:
[1] Kehendak-Nya. Melalui Bapa Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan para nabi, Allah mewahyukan segala sesuatu yang harus dilaku-kan manusia dan apa maksud semua itu. Secara formal hal itu terungkap dalam Hukum Taurat, “Ia memberi-takan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya & hukum-hukum-Nya.” (Mzm 147:19)
[2] Kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya. Hal itu dinyatakan dalam alam ciptaan-Nya, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan peker-jaan tangan-Nya,” (Mzm 19:2). Allah adalah Allah yang hidup, yang jauh berbeda dengan allah / dewata.
[3] Keadilan dan Belaskasih-Nya. Allah begitu mengasihi bangsa pilihan-Nya meskipun mereka sering mengingkari Allah/ ia senantiasa membimbing dan melindungi umat pilihan, “Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku,” (Kel 19:4).
Dari kesemuanya itu, pokok wahyu Allah dalam Perjanjian Lama adalah: tawaran kesela-matan Allah kepada manusia, bahwa Allah senantiasa menyertai, mengasihi dan berkehen-dak untuk membawa kembali manusia dalam persatuan dengann-Nya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama, melalui Bapa Bangsa dan para nabi, Wahyu Allah bertujuan untuk mempersiapkan manusia menyambut kedatangan Sang Juru Selamat / Mesias.
- Wahyu Allah dalam Perjanjian Baru
Apakah pokok wahyu Allah dalam PB?
Wahyu Allah dalam PB merupakan penggenapan atas janji Allah dalam Perjanjian Lama. Jadi janji akan datangnya Mesias tergenapi di dalam PB.
Bagaimanakah bentuk / isi Allah dalam PB itu?
Wahyu Allah dalam PB adalah Yesus Kristus. Yesus adalah isi dan wujud nyata wahyu Allah, Ia adalah Sabda Allah sendiri. Maka di dalam diri Yesus, Allah hadir dan tinggal bersama manusia. Warta keselamatan Allah kepada manusia kini dinyatakan melalui dan dalam diri Yesus.
Sebagai pembawa dan sekaligus wahyu Allah, apakah yang diwartakan oleh Yesus?
Ketika di sinagoga Nazaret, Yesus mempoklamasikan warta Wahyu Allah yang dibawa-Nya, yakni: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19).
Jadi Yesus datang untuk menyatakan bahwa Kerajaan Allah melalui dan di dalam diri-Nya kini telah datang.
Apakah Kerajaan Allah itu?
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah (KA) adalah Allah-lah yang menjadi raja /meraja. Menerima KA berarti menerima bahwa hanya Allah yang meraja / mempimpin diri kita; kita memasrahkan diri untuk dipimpin dan hidup dalam kehendak Allah.
Bagaimanakah KA diwartakan oleh Yesus?
Yesus mewartakan KA dengan tiga cara, yakni:
- Melalui SABDA-Nya, dalam Perjanjian Baru kita bagaimana Yesus mengajar para murid dan orang banyak. Yesus menyampaikan sabda-Nya dalam bentuk pengajaran, perumpamaan dan juga teguran.
- Melalui KARYA-Nya, dari Galilea hingga ke Yerusalem selama 3 tahun Yesus tidak hanya sekedar omong namun juga bertindak/berkarya dengan menyembuhkan banyak orang.
- Melalui DIRI-Nya, diri Yesus adalah wahyu Allah itu sendiri. Ia adalah “Sabda yang menjadi Manusia” (Yoh 1:14).
Mengapa Yesus disebut sebagai puncak dan kepenuhan Wahyu Allah?
Yesus disebut sebagai puncak Wahyu Allah, karena Ia adalah Sabda Allah itu sendiri. Wahyu Allah yang disampaikan sejak jaman Bapa Bangsa (Abraham, Ishak, Yakub) dan para nabi berpuncak dengan dengan hadirnya Yesus ke dunia. Ia disebut sebagai kepenuhan wahyu Allah karena wahyu Allah dalam Perjanjian Lama yang berupa janji kini terpenuhi dalam diri-Nya. Di dalam diri-Nya dan oleh diri-Nya lah wahyu Allah mencapai kepenuhannya. ............Bersambung.
Kamis, Juli 15, 2010
PENGETAHUAN DASAR IMAN KATOLIK
WAHYU DAN IMAN
Secara filosofis salah satu ciri khas manusia “bertanya.” Diantara makluk hidup hanya manusialah yang mempunyai kemampuan ini. Manusia selalu mempertanyakan berbagai hal menyangkut hidupnya, kejadian di sekitarnya dan juga fenomena alam. Dengan ciri khas ini maka manusia bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan memahami diri serta lingkungan-nya. Tanpa bertanya, kita tidak bisa membayangkan dunia seperti apa yang kita huni ini; manusia hanya pasrah, nrimo apa yang terjadi, tak tahu harus berbuat apa atau mengatasi masalahnya. Dengan mempertanyakan banyak hal, aneka ketidaktahuan dan kebuntuan manusia teratasi.
Namun harus diakui, karena bertanya adalah kemampuan akal-pikiran, maka pertanyaan manusia tak selalu dapat terjawab. Dalam titik inilah kita mengakui walaupun akal budi memang anugerah Allah, toh juga ada batasnya. Manusia bukan Allah Sang Mahatahu. Akhirnya manusia mengakui dan mengharapkan agar Allah “menyingkapkan” apa yang tidak bisa diketahuinya dengan nalar/akal itu.
A. WAHYU DALAM PAHAM KATOLIK/KRISTIANI
1. Apakah Wahyu itu?
Berbicara tentang “wahyu” dalam terang iman Katolik, kita harus “menyingkirkan” pemahaman umum yang kita mengerti. Memang ada kesamaan, namun inti ajaran Katolik tentang wahyu berbeda dengan pengertian umum kita. Umumnya kita mengerti wahyu sebagai bisikan atau petunjuk dari Allah atau kekuatan gaib yang diperoleh melalui penampakkan atau mimpi. Wahyu dalam arti ini lebih sebagai jalan keluar atau petunjuk atas masalah manusia dan apa yang harus ia lakukan. Kadang juga wahyu merupakan cara gaib manusia memperoleh kesaktian. Intinya, dalam paham umum ini wahyu merupakan monolog sepihak dari kekuatan gaib, manusia yang menerimanya hanya pasrah melakukan apa yang disampaikan.
Dalam paham Katolik (berbeda dengan paham Protestan) pengertian wahyu ada kesamaan dengan paham umum di atas, namun juga ada perbedaan mendasar. Ada dua pihak yang berperan: kekuatan gaib (yakni Allah) dan manusia. Namun hubungan keduanya bukan monolog (sepihak) melainkan dialog komunikatif. Wahyu Allah butuh tanggapan manusia (itulah yang disebut iman), tanpa tanggapan itu wahyu bukanlah wahyu.
Secara singkat wahyu adalah “penyingkapan/penyataan (bukan pernyataan) diri Allah kepada manusia.” Wahyu itu butuh tanggapan atau jawaban dari pihak manusia; tanggapan inilah yang disebut iman. Dari definisi singkat ini ada beberapa hal penting yang perlu kita mengerti:
Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia?
Apakah yang disingkapkan oleh Allah itu?
Bagaimana caranya?
a. Mengapa Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia?
Siapakah Allah, bagaimanakah diri-Nya, apa yang dikehendaki-Nya? Bisakah kita menjawab pertanyaan itu dengan akal budi kita? Hati-hati kalau kita menjawab “ya bisa,” karena seringkali jawaban kita tidaklah menjelaskan siapa Allah yang sebenarnya. Jawaban kita adalah Allah yang ada dalam akal budi (otak) kita. Itu bukanlah Allah sejati namun “allah” yang kita ciptakan! Lalu bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan di awal tadi?
Allah akan kita mengerti secara penuh bila Ia menyatakan dirinya kepada kita. Mengapa? Kita tahu bahwa antara kita dengan Allah sungguh jauh berbeda. Allah itu kekal, sedangkan manusia itu fana. Manusia bisa dijelaskan dengan pancaindra namun Allah melampaui pancaindra manusia. Lalu bagaimana? .....Bersambung.
Kamis, Juni 24, 2010
GEREJA RITUS TIMUR
DAFTAR GEREJA-GEREJA KATOLIK TIMUR
Seringkali kalau mendengar "Gereja Katolik" yang ada dalam pikiran kita adalah Gereja gaya Eropa dengan liturgi dominan gaya latin. Padahal sebenarnya ada beberapa ritus lain, yang sering kita anggap sebagai Gereja Ortodok, ternyata adalah Gereja Katolik juga. Sebagai tambahan pengetahuan kita, berikut ini adalah daftar Gereja-Gereja Katolik Timur beserta lokasi dan negara-negara (atau wilayah politik lainnya yang lebih luas dari pada negara) tempat mereka memiliki yurisdiksi gerejawi setingkat keuskupan, sebagaimana yang tercantum dalam Annuario Pontificio dari Tahta Suci (tanggal persatuan atau pendirian di dalam tanda kurung) juga rujukan website yang bisa diakses untuk keterangan lebih lanjut:
A. TRADISI LITURGI ALEKSANDRIA
1. Gereja Katolik Koptik (Patriarkat): Kairo, (163.849 jiwa), Mesir (1741)
2. Gereja Katolik Ethiopia (Metropolia): Addis Ababa, (208.093 jiwa), Ethiopia, Eritrea (1846) [ http://www.ecs.org.et/ ]
B.RITUS LITURGI ANTIOKHIA ATAU SIRIA-BARAT
1. Gereja Maronit (Patriarkat): Bkerke, (3.105.278 jiwa), Libanon, Siprus, Yordania, Israel, Otoritas Palestina, Mesir, Siria, Argentina, Brasil, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Meksiko (persatuan dikukuhkan kembali pada 1182) [ http://www.bkerkelb.org/ ]
2. Gereja Katolik Suryani (Patriarkat): Beirut,(131.692 jiwa), Libanon, Irak, Yordania, Kuwait, Otoritas Palestina, Mesir, Sudan, Siria, Turki, Amerika Serikat dan Kanada, Venezuela (1781) [ http://www.syiriaccatholic.org/ ]
3. Gereja Katolik Siro-Malankara (Keuskupan Agung Mayor): Trivandrum, (412.640 jiwa), India, Amerika Serikat (1930) [ http://www.catholicate.net/ ]
C. TRADISI LITURGI ARMENIA
1. Gereja Katolik Armenia (Patriarkat): Beirut, (375.182 jiwa), Libanon, Iran, Irak, Mesir, Siria, Turki, Yordania, Otoritas Palestina, Ukraina, Perancis, Yunani, Amerika Latin, Argentina, Rumania, Amerika Serikat, Kanada, Eropa Timur (1742) [http://www.armeniancatholic.org/ ]
D. TRADISI LITURGI KALDEA ATAU SIRIA-TIMUR
1. Gereja Katolik Kaldea (Patriarkat): Baghdad, (418.194 jiwa), Irak, Iran, Libanon, Mesir, Siria, Turki, Amerika Serikat (1692) [ http://www.st-adday.com/]
2. Gereja Siro-Malabar (Keuskupan Agung Mayor): Ernakulam, (3.902.089 jiwa), India, Timur Tengah, Eropa dan Amerika (tanggal persatuan masih diperdebatkan) [ http://www.smcim.org/ ]
E. TRADISI LITURGI BIZANTIUM ATAU KONSTANTINOPOLITAN
1. Gereja Katolik Yunani Albania (Administrasi Apostolik): (3.510 jiwa), Albania (1628)
2. Gereja Katolik Yunani Belarusia (Tanpa Hirarki saat ini): (10.000 jiwa), Belarusia (1596)
3. Gereja Katolik Yunani Bulgaria (Eksarkat Apostolik): Sofia,(10.107 jiwa), Bulgaria (1861) [ http://www.catholi-bg.org/eng/ ]
4. Gereja Bizantium Eparki Križevci (satu Eparki dan satu Eksarkat Apostolik): Križevci, Ruski Krstur (21.480 jiwa) + (22.653 jiwa), Kroasia, Serbia dan Montenegro (1611) [ http://krizevci.hbk.hr/ ]
5. Gereja Katolik Bizantium Yunani (dua Eksarkat Apostolik): Athena, (2.325 jiwa), Yunani, Turki (1829) [ http://www.elchatex.com/ ]
6. Gereja Katolik Yunani Hungaria (satu Eparki dan satu Eksarkat Apostolik): Nyiregyháza, (290.000 jiwa), Hungaria (1646) [ http://www.atanaz.hu/ ]
7. Gereja Katolik Italo-Yunani (dua Eparki dan satu Keabbasan Teritorial): (63.240 jiwa), Italia (Tidak pernah berpisah dari Gereja Katolik)
8. Gereja Katolik Yunani Makedonia (satu Eksarkat Apostolik): Skopje, (11.491 jiwa), Republik Makedonia (1918)
9. Gereja Katolik Yunani Melkit (Patriarkat): Damaskus, (1.346.635 jiwa), Siria, Libanon, Yordania, Israel, Brasil, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Irak, Mesir dan Sudan, Kuwait, Australia, Venezuela, Argentina (1726) [ http://www.pgc-lbc.org/ ]
10. Gereja Rumania Bersatu dengan Roma, Katolik-Yunani (Keuskupan Agung Mayor): Blaj, (776,529 jiwa) Rumania, Amerika Serikat (1697) [ http://www.bru.ro/ ]
11. Gereja Katolik Rusia: (dua Eksarkat Apostolik, saat ini tanpa hirark): Rusia, Tiongkok (1905); saat ini memiliki sekitar 20 paroki dan kumunitas yang tersebar di seluruh dunia, termasuk lima di Rusia, tunduk di bawah uskup-uskup dari yurisdiksi-yurisdiksi lain. [ http://www.rkcvo.ru/ ]
12. Gereja Katolik Ruthenia (satu Metropolia sui iuris, satu Eparki, dan satu Eksarkat Apostolik): Uzhhorod, Pittsburgh, (594.465 jiwa), Amerika Serikat, Ukraina, Republik Ceko (1646) [ http://www.bycath.org/ ]
13. Gereja Katolik Yunani Slowakia (Metropolia): Prešov, (243.335 jiwa), Republik Slowakia, Kanada (1646)
14. Gereja Katolik Yunani Ukraina (Keuskupan Agung Mayor): Kiev, (4.223.425 jiwa), Ukraina, Polandia, Amerika Serikat, Kanada, Britania Raya, Australia, Jerman dan Skandinavia, Perancis, Brasil, Argentina (1595). [ http://www.ugcc.org.ua/ ]
Catatan:
Umat Katolik Ritus Bizantium Georgia belum diakui sebagai sebuah Gereja partikular (sesuai dengan kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur). Mayoritas umat Kristen Katolik Timur di Republik Georgia beribadat dengan menggunakan ritus liturgi Armenia.
Dari daftar di atas jelaslah bahwa sebuah Gereja partikular otonom dapat saja memiliki yurisdiksi-yurisdiksi tersendiri (Gereja-Gereja partikular lokal) di beberapa negara.
Gereja Katolik Ruthenia memiliki organisasi yang unik karena terdiri atas tiga yurisdiksi, masing-masing bertanggung jawab secara langsung kepada Sri Paus. Satu Metropolia, yakni Gereja Metropolitan Katolik Bizantium Pittsburgh, yang juga disebut (namun bukan sebutan resmi) sebagai Gereja Katolik Bizantium di Amerika oleh hukum kanon diperlakukan seakan-akan memiliki status sebagai sebuah Gereja partikular metropolitan otonom ("sui iuris") karena situasi pada saat pendiriannya sebagai sebuah provinsi gerejawi pada 1969. Di masa itu, kondisi di tanah air bangsa Rusin, yang dikenal sebagai Karpato-Rus, tidak memungkinkan adanya solusi lain karena Gereja Katolik Bizantium telah dibubarkan secara paksa oleh otoritas Soviet. Ketika rezim Komunis berakhir, Eparki Mukacheve (didirikan pada 1771) muncul kembali. Eparki ini memiliki 320.000 umat, lebih besar dari pada jumlah umat Metropolia Pittsburgh. Selain itu ada pula sebuah eksarkat apostolik yang didirikan pada 1996 bagi umat Katolik ritus Bizantium di Republik Ceko. Eksarkat apostolik ini digolongkan sebagai bagian lain dari Gereja Katolik Ruthenia.
Dalam situs web EWTN eksarkat apostolik bagi umat Katolik Ritus Bizantium di Republik Ceko tercantum dalam daftar Gereja-Gereja Timur yang berstatus Gereja partikular otonom. Hal ini adalah sebuah kesalahan karena pengakuan dalam Gereja Katolik atas status otonom dari sebuah Gereja partikular hanya dapat diberikan oleh Tahta Suci (lih. kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur), yang justru menggolongkan Gereja ini sebagai salah satu Gereja partikular lokal dari Gereja Katolik Ruthenia otonom (sui iuris). ****
Seringkali kalau mendengar "Gereja Katolik" yang ada dalam pikiran kita adalah Gereja gaya Eropa dengan liturgi dominan gaya latin. Padahal sebenarnya ada beberapa ritus lain, yang sering kita anggap sebagai Gereja Ortodok, ternyata adalah Gereja Katolik juga. Sebagai tambahan pengetahuan kita, berikut ini adalah daftar Gereja-Gereja Katolik Timur beserta lokasi dan negara-negara (atau wilayah politik lainnya yang lebih luas dari pada negara) tempat mereka memiliki yurisdiksi gerejawi setingkat keuskupan, sebagaimana yang tercantum dalam Annuario Pontificio dari Tahta Suci (tanggal persatuan atau pendirian di dalam tanda kurung) juga rujukan website yang bisa diakses untuk keterangan lebih lanjut:
A. TRADISI LITURGI ALEKSANDRIA
1. Gereja Katolik Koptik (Patriarkat): Kairo, (163.849 jiwa), Mesir (1741)
2. Gereja Katolik Ethiopia (Metropolia): Addis Ababa, (208.093 jiwa), Ethiopia, Eritrea (1846) [ http://www.ecs.org.et/ ]
B.RITUS LITURGI ANTIOKHIA ATAU SIRIA-BARAT
1. Gereja Maronit (Patriarkat): Bkerke, (3.105.278 jiwa), Libanon, Siprus, Yordania, Israel, Otoritas Palestina, Mesir, Siria, Argentina, Brasil, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Meksiko (persatuan dikukuhkan kembali pada 1182) [ http://www.bkerkelb.org/ ]
2. Gereja Katolik Suryani (Patriarkat): Beirut,(131.692 jiwa), Libanon, Irak, Yordania, Kuwait, Otoritas Palestina, Mesir, Sudan, Siria, Turki, Amerika Serikat dan Kanada, Venezuela (1781) [ http://www.syiriaccatholic.org/ ]
3. Gereja Katolik Siro-Malankara (Keuskupan Agung Mayor): Trivandrum, (412.640 jiwa), India, Amerika Serikat (1930) [ http://www.catholicate.net/ ]
C. TRADISI LITURGI ARMENIA
1. Gereja Katolik Armenia (Patriarkat): Beirut, (375.182 jiwa), Libanon, Iran, Irak, Mesir, Siria, Turki, Yordania, Otoritas Palestina, Ukraina, Perancis, Yunani, Amerika Latin, Argentina, Rumania, Amerika Serikat, Kanada, Eropa Timur (1742) [http://www.armeniancatholic.org/ ]
D. TRADISI LITURGI KALDEA ATAU SIRIA-TIMUR
1. Gereja Katolik Kaldea (Patriarkat): Baghdad, (418.194 jiwa), Irak, Iran, Libanon, Mesir, Siria, Turki, Amerika Serikat (1692) [ http://www.st-adday.com/]
2. Gereja Siro-Malabar (Keuskupan Agung Mayor): Ernakulam, (3.902.089 jiwa), India, Timur Tengah, Eropa dan Amerika (tanggal persatuan masih diperdebatkan) [ http://www.smcim.org/ ]
E. TRADISI LITURGI BIZANTIUM ATAU KONSTANTINOPOLITAN
1. Gereja Katolik Yunani Albania (Administrasi Apostolik): (3.510 jiwa), Albania (1628)
2. Gereja Katolik Yunani Belarusia (Tanpa Hirarki saat ini): (10.000 jiwa), Belarusia (1596)
3. Gereja Katolik Yunani Bulgaria (Eksarkat Apostolik): Sofia,(10.107 jiwa), Bulgaria (1861) [ http://www.catholi-bg.org/eng/ ]
4. Gereja Bizantium Eparki Križevci (satu Eparki dan satu Eksarkat Apostolik): Križevci, Ruski Krstur (21.480 jiwa) + (22.653 jiwa), Kroasia, Serbia dan Montenegro (1611) [ http://krizevci.hbk.hr/ ]
5. Gereja Katolik Bizantium Yunani (dua Eksarkat Apostolik): Athena, (2.325 jiwa), Yunani, Turki (1829) [ http://www.elchatex.com/ ]
6. Gereja Katolik Yunani Hungaria (satu Eparki dan satu Eksarkat Apostolik): Nyiregyháza, (290.000 jiwa), Hungaria (1646) [ http://www.atanaz.hu/ ]
7. Gereja Katolik Italo-Yunani (dua Eparki dan satu Keabbasan Teritorial): (63.240 jiwa), Italia (Tidak pernah berpisah dari Gereja Katolik)
8. Gereja Katolik Yunani Makedonia (satu Eksarkat Apostolik): Skopje, (11.491 jiwa), Republik Makedonia (1918)
9. Gereja Katolik Yunani Melkit (Patriarkat): Damaskus, (1.346.635 jiwa), Siria, Libanon, Yordania, Israel, Brasil, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Irak, Mesir dan Sudan, Kuwait, Australia, Venezuela, Argentina (1726) [ http://www.pgc-lbc.org/ ]
10. Gereja Rumania Bersatu dengan Roma, Katolik-Yunani (Keuskupan Agung Mayor): Blaj, (776,529 jiwa) Rumania, Amerika Serikat (1697) [ http://www.bru.ro/ ]
11. Gereja Katolik Rusia: (dua Eksarkat Apostolik, saat ini tanpa hirark): Rusia, Tiongkok (1905); saat ini memiliki sekitar 20 paroki dan kumunitas yang tersebar di seluruh dunia, termasuk lima di Rusia, tunduk di bawah uskup-uskup dari yurisdiksi-yurisdiksi lain. [ http://www.rkcvo.ru/ ]
12. Gereja Katolik Ruthenia (satu Metropolia sui iuris, satu Eparki, dan satu Eksarkat Apostolik): Uzhhorod, Pittsburgh, (594.465 jiwa), Amerika Serikat, Ukraina, Republik Ceko (1646) [ http://www.bycath.org/ ]
13. Gereja Katolik Yunani Slowakia (Metropolia): Prešov, (243.335 jiwa), Republik Slowakia, Kanada (1646)
14. Gereja Katolik Yunani Ukraina (Keuskupan Agung Mayor): Kiev, (4.223.425 jiwa), Ukraina, Polandia, Amerika Serikat, Kanada, Britania Raya, Australia, Jerman dan Skandinavia, Perancis, Brasil, Argentina (1595). [ http://www.ugcc.org.ua/ ]
Catatan:
Umat Katolik Ritus Bizantium Georgia belum diakui sebagai sebuah Gereja partikular (sesuai dengan kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur). Mayoritas umat Kristen Katolik Timur di Republik Georgia beribadat dengan menggunakan ritus liturgi Armenia.
Dari daftar di atas jelaslah bahwa sebuah Gereja partikular otonom dapat saja memiliki yurisdiksi-yurisdiksi tersendiri (Gereja-Gereja partikular lokal) di beberapa negara.
Gereja Katolik Ruthenia memiliki organisasi yang unik karena terdiri atas tiga yurisdiksi, masing-masing bertanggung jawab secara langsung kepada Sri Paus. Satu Metropolia, yakni Gereja Metropolitan Katolik Bizantium Pittsburgh, yang juga disebut (namun bukan sebutan resmi) sebagai Gereja Katolik Bizantium di Amerika oleh hukum kanon diperlakukan seakan-akan memiliki status sebagai sebuah Gereja partikular metropolitan otonom ("sui iuris") karena situasi pada saat pendiriannya sebagai sebuah provinsi gerejawi pada 1969. Di masa itu, kondisi di tanah air bangsa Rusin, yang dikenal sebagai Karpato-Rus, tidak memungkinkan adanya solusi lain karena Gereja Katolik Bizantium telah dibubarkan secara paksa oleh otoritas Soviet. Ketika rezim Komunis berakhir, Eparki Mukacheve (didirikan pada 1771) muncul kembali. Eparki ini memiliki 320.000 umat, lebih besar dari pada jumlah umat Metropolia Pittsburgh. Selain itu ada pula sebuah eksarkat apostolik yang didirikan pada 1996 bagi umat Katolik ritus Bizantium di Republik Ceko. Eksarkat apostolik ini digolongkan sebagai bagian lain dari Gereja Katolik Ruthenia.
Dalam situs web EWTN eksarkat apostolik bagi umat Katolik Ritus Bizantium di Republik Ceko tercantum dalam daftar Gereja-Gereja Timur yang berstatus Gereja partikular otonom. Hal ini adalah sebuah kesalahan karena pengakuan dalam Gereja Katolik atas status otonom dari sebuah Gereja partikular hanya dapat diberikan oleh Tahta Suci (lih. kanon 27 dari Hukum Kanon Gereja-Gereja Timur), yang justru menggolongkan Gereja ini sebagai salah satu Gereja partikular lokal dari Gereja Katolik Ruthenia otonom (sui iuris). ****
Rabu, Juni 23, 2010
Benarkah Binatang Pertama dalam Why 13 = Gereja Katolik?
“Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat…..” (baca Why 13:1 - 18)
Ada sebagian orang non-Katolik menafsirkan ayat di atas sebagai gambaran Gereja Katolik. Tafsir itu ibarat “ilmu othak-athik-gathuk” atau mengait-aitkan antar ayat dan fakta dan lalu ambil kesimpulan bahwa Gereja Katolik-lah yang digambarkans sebagai binatang yang keluar dari laut itu. Benarkah demikian? Perlu disadari terdapat perbedaan interpretasi antara Gereja Katolik dengan gereja Protestan mengenai beberapa perikop di Kitab Wahyu. Menurut tafsiran Gereja Katolik sebagian dari kitab Wahyu sebenarnya sudah terjadi, dan tidak semuanya mengacu kepada akhir jaman. Maka tentu saja cara menafsirkannya jadi berbeda. Perlu diketahui bersama, bahwa Alkitab Wahyu itu memang kaya dengan simbol-simbol, dan karena itu tidak mengherankan dapat terjadi bermacam interpretasi, bahkan di kalangan para ahli Kitab Suci.
Berikut ini adalah penjelasan Wahyu 13:18, yang saya ringkas dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. by Dom Orchard, p. 1203- 1205:
1. Seekor binatang yang keluar dari dalam laut dengan 7 kepala dan 10 tanduk adalah Kerajaan Kota Roma [yang ada pada jaman kitab Wahyu tersebut ditulis]. Tujuh kepala di sini bermakna ganda: 1) 7 gunung di Roma 2) 7 raja-raja Romawi, mulai dari Kaisar Agustus, Tiberius, Gaius, Claudius dan Nero(n), dilanjutkan oleh Vespasian dan Titus. Domitian adalah yang ke-8, ialah yang hidup pada jaman Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu, dan ialah yang dikenal sebagai “Kaisar Nero yang hidup kembali” karena kekejamannya yang menyerupai Nero. Kesepuluh tanduk di sini (seperti yang juga disebutkan dalam Dan 7:7) adalah kerajaan-kerajaan sekutu Roma.
2. Hujat yang disebutkan (ay.5) oleh kaisar ini (contohnya Domitian) adalah menganggap dirinya Allah.
3. Binatang lain yang disebutkan pada ay. 11 adalah kekuasaan sipil dan religius di Asia.
4. Tanda-tanda yang dashyat pada ay. 13-15: Menurut hasil penemuan patung-patung Mithraic, ditemukan tabung-tabung di dalam patung tersebut yang membuat seolah patung-patung itu mengeluarkan api. Alexander Abonoteichos, orang Asia yang hidup dalam jaman Rasul Yohanes, membuat patung naga yang besar, dengan topeng yang membuatnya seolah-olah dapat berbicara.
5. ay. 16. Semua orang Yahudi yang tunduk pada kaisar pada waktu itu diberi tanda cap dewa Dionysos. Ini adalah tanda yang menjadi lawan kontras dari tanda cap di jiwa kita yang kita terima melalui Pembaptisan.
6. ay. 17. Orang Kristen yang tidak mempunyai cap tersebut, dikucilkan/ diboykot.
7. ay. 18. Arti angka 666 tidak terlepas dari kenyaaan bahwa huruf Yunani dan Ibrani juga menunjukkan angka. Contohnya alpha/ aleph =1, beta/ beth=2, dst. Maka nama Yesus atau IESOUS menurut huruf Yunani jika dijumlahkan adalah 888. Nah 666 menunjuk jumlah huruf Kaisar Neron (666: yang terdiri dari huruf-huruf NRWN QSR, Nun dalam bahasa Yunani = 50, Resh 200, Waw 6, qoph 100, samech 60, maka NRWN QSR (666) dihitung jumlahnya 666).
Nah menurut arti angka dalam Kitab Suci, 7 adalah angka sempurna, namun 8 adalah angka yang jauh melebihi kesempurnaan yang merupakan angka Messianic. Diulangnya 3 kali itu untuk menunjukkan kepenuhan/ tingkat kelengkapan. Maka angka 666 diartikan sebagai angka yang tidak sempurna, ketidak sempurnaannya diperkuat dengan pengulangan sebanyak 3 kali; walaupun kelihatannya mendekati sempurna. Angka 666 diartikan sebagai angka Anti-Kristus, yang mengacu pada Kaisar Neron dan Kaisar Domitian yang diberi julukan sebagai ‘Kaisar Nero yang hidup kembali’ karena kekejamannya menyerupai Nero. Maka, angka 666 melambangkan juga untuk semua kaisar, penindas, atau siapapun yang mengambil peran sebagai Anti-Kristus sepanjang jaman.
Tafsiran yang menyebut binatang itu adalah Gereja Katolik merupakan tafsiran yang selain kejam juga tidak berdasar. Karena tafsiran itu malah bertentangan dengan Injil dan janji Yesus Kristus sendiri. Kita ketahui bahwa Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16: 18), dan Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (lih. Mat 28:19-20). Gereja yang didirikan Yesus di atas Petrus ini adalah Gereja Katolik, sebab Gereja Katolik adalah Gereja yang dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus, yang secara turun temurun menjaga kemurnian ajaran para rasul. Menuduh bahwa Gereja Katolik adalah “binatang yang keluar dari dalam laut” dan bahkan “anti-kristus” dari Why 13 itu sendiri adalah suatu sikap yang tidak mempercayai janji Kristus yang akan menyertai Gereja yang didirikan-Nya sampai akhir jaman, atau lebih teatnya, menuduh/ menganggap bahwa Tuhan Yesus ingkar janji.
Jika kita mempelajari sejarah, maka kita akan mengetahui bahwa yang dianiaya sepanjang sejarah manusia adalah Gereja Katolik dan bukannya sebaliknya. Aniaya itu sudah ada di abad-abad awal, di jaman Kaisar Nero, dan bahkan sampai sekarang, misalnya di negara-negara komunis dan di negara-negara kaum ekstrimis. Sejarah sendiri mencatat betapa banyak “orang-orang kudus” yaitu para martir dari Gereja Katolik yang dibunuh demi mempertahankan iman mereka.
Kejadian inkuisisi (Inquisition) di abad ke- 13 harus dilihat dengan kacamata obyektif. Inkuisisi ini dimulai atas perintah Paus Gregorius IX tahun 1231, untuk memerangi ajaran sesat Albigensian juga dikenal sebagai Cathars. Ajaran sesat Albigensian ini, seperti heresi Manichaeisme, mengajarkan konsep dualisme, roh dan tubuh; roh itu baik, namun “matter“/ tubuh adalah asal dari segala kejahatan, dan karenanya, menentang Inkarnasi dan Keselamatan [di dalam Kristus, Sabda yang menjelma menjadi 'daging'/ tubuh manusia]. Dengan demikian, heresi ini tidak saja menentang inti iman Kristiani tetapi juga inti basis kemasyarakatan, sebab mereka 1) menentang perkawinan legal sebab perkawinan dikatakan dapat menghasilkan kehidupan fisik/ tubuh yang baru; 2) mengajarkan bahwa bunuh diri adalah sesuatu yang baik, karena mengakhiri kehidupan tubuh; 3) homoseksualitas adalah lebih baik daripada heteroseksualitas, karena tidak ‘menghasilkan’ tubuh/ fisik yang baru; 4) menganggap bahwa kitab Perjanjian Lama termasuk ke 10 perintah Allah sebagai pekerjaan setan. Nah, tak mengherankan, heresi ini berakibat menghasilkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi maksud inkuisisi/ inquisition adalah untuk mempertahankan kemurnian iman Kristiani dan memberikan hukuman eks-komunikasi pada orang-orang yang tidak mau bertobat. Cara inkusisi diambil karena pendekatan persuasif melalui khotbah pengajaran iman yang benar yang dilakukan oleh St. Dominikus dan para biarawan Dominikan tidak sepenuhnya efektif. Order Dominikan kemudian mendapat tugas untuk menangani inkusisi yang didahului oleh semacam pengadilan di hadapan juri yang terdiri dari sedikitnya 20 orang, yang menjadi permulaan dari sistem juri dalam pengadilan modern.
Dalam bukunya yang berjudul Characters of the Inquisition, William Thomas Walsh mengisahkan beberapa Chief Inquisitors, di antaranya Bernard of Gui. Dikatakan bahwa mereka adalah “far from being inhuman, …men of spotless character and sometimes of truly admirable sanctity….”. Setelah itu, mereka yang tidak juga mau bertobat diserahkan kepada pemerintah. Selanjutnya, memang ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum di dalam inkuisisi, terutama dengan melakukan kekerasan, walaupun pada awalnya hal ini dilarang. Sekarang, mari kita melihat apa yang terjadi dalam inkuisisi yang dilakukan oleh Gereja dan yang dilakukan oleh pemerintah sekular pada abad 13-14, dan jumlah korban umat manusia di abad- abad berikutnya.
Sebagai contohnya, di Touluose, dari 1308-1323 hanya 42 orang dari 930 yang diadili dinyatakan sebagai “unpenitent heretics“/ bidat yang tak menyesal, dan diserahkan kepada pihak pemerintah sekular. Inkuisisi di Spanyol: Dalam 30 tahun pemerintahan ratu Isabel, ada sekitar 100,000 orang yang dikirim ke inkuisisi, dan 80,000 dinyatakan tidak bersalah. 15,000 dinyatakan bersalah, namun setelah mereka menyatakan iman secara publik, maka mereka dibebaskan kembali. Hanya ada sekitar 2,000 orang yang meninggal karena keputusan inkuisisi sepanjang pemerintahan Ratu Isabella, dan 3000 orang kemudian dari tahun 1550 - 1800. Sedangkan, sebagai perbandingan, hanya dalam waktu 20 hari, Revolusi Perancis (1794), yang dimotori oleh gerakan “Enlightenment”, meng-eksekusi pria dan wanita sebanyak 16,000- 40,000. Jumlah korban ini, jauh lebih banyak daripada korban inkuisisi dalam 30 tahun pemerintahan Ratu Isabella.
Menurut Raphael Molisend, seorang sejarahwan Protestan, Henry VIII membunuh 72,000 umat Katolik. Orang yang meninggal selama beberapa tahun pada masa pemerintahan Henry VIII dan anaknya Elizabeth I, jauh melebihi apa yang terjadi pada inkuisisi di Spanyol dan Roma selama 3 abad. (Bandingkan dengan Perang Dunia I dan II, yang membunuh 50 juta orang. 40 juta orang meninggal dalam masa pemerintahan Stalin di Rusia. 80 juta orang meninggal di Cina karena revolusi komunis dan 2 juta di Kamboja).
Tentu saja ada kesalahan yang dilakukan oleh putera/i Gereja yang tidak menerapkan hukum kasih selama dalam proses inkuisisi ini. Inilah sebabnya Paus Yohanes Paulus II meminta maaf atas nama mereka, menjelang perayaan tahun Yubelium 2000. Di satu sisi, kita seharusnya melihat keberanian dari Gereja Katolik untuk mengakui kesalahan ini dan dengan berani meminta maaf. Silakan membandingkan dengan agama atau gereja lain, apakah ada yang pernah melakukan hal yang sama, untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh putera dan puteri mereka di masa yang lalu?
Maka tidak benar jika Gereja Katolik membunuh ‘orang-orang kudus’. Pelaksana eksekusi adalah pemerintah sekular, setelah melalui pengadilan inkuisisi para heretik/ bidaat itu dinyatakan bersalah dan tetap berkeras dalam heresi yang bertentangan dengan ajaran Kristiani yang murni yang berasal dari para rasul. Jika kita melihat butir-butir pengajaran Albigensian, yang sangat mirip dengan Manichaeism, maka sesungguhnya kita dapat dengan obyektif melihat bahwa merekalah yang ‘menyimpang’.
Sekarang tentang tuduhan, bahwa Paus ataupun para imam Katolik mengaku sebagai “Kristus”. Paus sebagai penerus Rasul Petrus, memang adalah wakil Kristus di dunia, namun Paus sendiri tidak pernah menyatakan diri sendiri sebagai Tuhan “Penyelamat”/ Mesias dunia. Paus memimpin Gereja sebagai seorang pelayan, mengikuti teladan Yesus sendiri. Ini sangat berbeda dengan klaim yang dibuat oleh kaisar Nero yang menanggap diri sendiri sebagai tuhan, atau yang dibuat oleh Karl Marx dengan mengagungkan sistem komunisme sebagai tuhan/ mesias, dan menolak agama.
Bahwa Gereja Katolik mengklaim dapat mengampuni dosa, itu adalah karena kuasa yang diberikan oleh Yesus sendiri kepada para rasul (lih. Yoh 20:23), dan yang kemudian diteruskan oleh para penerus mereka, yaitu para imam. Karena Gereja Katolik memiliki Tradisi suci yang dapat ditelusuri berasal dari para rasul dan Kristus sendiri, maka klaim itu dapat dibuat oleh Gereja Katolik.
Lalu tentang imam yang diberi kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi, itu juga merupakan sesuatu yang berakar dari pengajaran Kristus dan para rasul. Yesus sendiri yang memerintahkan para murid untuk melaksanakan peringatan perjamuan kudus tersebut (Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20); di mana Ia mau sungguh-sungguh hadir kembali, sehingga mereka yang tidak dengan layak makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya dalam Ekaristi ini, mendatangkan hukuman terhadap dirinya sendiri (lih. 1 Kor 11:23-30). Jadi Tradisi Perjamuan Kudus/ Ekaristi sudah ada sejak jaman para rasul (lih. Kis 2:42) dan ini dimungkinkan karena Kristus memberi kuasa kepada para imam-Nya untuk bertindak dan berkata-kata atas nama-Nya untuk menghadirkan Diri-Nya di tengah Gereja yang dikasihi-Nya, yang kepadanya Yesus telah mengorbankan Diri di kayu salib.
Jadi tuduhan bahwa para imam adalah antikristus karena melaksanakan peran “in persona Christi” pada saat memberikan sakramen-sakramen, adalah bentuk penghinaan kepada Kristus yang memberikan kuasa kepada mereka. Para imam hanya dapat melakukan tugas imamat mereka karena kuasa yang mereka terima dari Kristus, sehingga yang mereka lakukan tersebut adalah “perpanjangan” karya Kristus di dunia. Mereka tidak mencari kemuliaan diri sendiri, mereka tidak melakukan tugas imamat mereka di luar persatuan mereka dengan Kristus, sehingga mereka tidak dapat dikatakan sebagai Anti-kristus. ***
Ditulis oleh Ingrid Listiati, 1 Okt. 2009 dalam www.katolisitas.org
“Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat…..” (baca Why 13:1 - 18)
Ada sebagian orang non-Katolik menafsirkan ayat di atas sebagai gambaran Gereja Katolik. Tafsir itu ibarat “ilmu othak-athik-gathuk” atau mengait-aitkan antar ayat dan fakta dan lalu ambil kesimpulan bahwa Gereja Katolik-lah yang digambarkans sebagai binatang yang keluar dari laut itu. Benarkah demikian? Perlu disadari terdapat perbedaan interpretasi antara Gereja Katolik dengan gereja Protestan mengenai beberapa perikop di Kitab Wahyu. Menurut tafsiran Gereja Katolik sebagian dari kitab Wahyu sebenarnya sudah terjadi, dan tidak semuanya mengacu kepada akhir jaman. Maka tentu saja cara menafsirkannya jadi berbeda. Perlu diketahui bersama, bahwa Alkitab Wahyu itu memang kaya dengan simbol-simbol, dan karena itu tidak mengherankan dapat terjadi bermacam interpretasi, bahkan di kalangan para ahli Kitab Suci.
Berikut ini adalah penjelasan Wahyu 13:18, yang saya ringkas dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. by Dom Orchard, p. 1203- 1205:
1. Seekor binatang yang keluar dari dalam laut dengan 7 kepala dan 10 tanduk adalah Kerajaan Kota Roma [yang ada pada jaman kitab Wahyu tersebut ditulis]. Tujuh kepala di sini bermakna ganda: 1) 7 gunung di Roma 2) 7 raja-raja Romawi, mulai dari Kaisar Agustus, Tiberius, Gaius, Claudius dan Nero(n), dilanjutkan oleh Vespasian dan Titus. Domitian adalah yang ke-8, ialah yang hidup pada jaman Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu, dan ialah yang dikenal sebagai “Kaisar Nero yang hidup kembali” karena kekejamannya yang menyerupai Nero. Kesepuluh tanduk di sini (seperti yang juga disebutkan dalam Dan 7:7) adalah kerajaan-kerajaan sekutu Roma.
2. Hujat yang disebutkan (ay.5) oleh kaisar ini (contohnya Domitian) adalah menganggap dirinya Allah.
3. Binatang lain yang disebutkan pada ay. 11 adalah kekuasaan sipil dan religius di Asia.
4. Tanda-tanda yang dashyat pada ay. 13-15: Menurut hasil penemuan patung-patung Mithraic, ditemukan tabung-tabung di dalam patung tersebut yang membuat seolah patung-patung itu mengeluarkan api. Alexander Abonoteichos, orang Asia yang hidup dalam jaman Rasul Yohanes, membuat patung naga yang besar, dengan topeng yang membuatnya seolah-olah dapat berbicara.
5. ay. 16. Semua orang Yahudi yang tunduk pada kaisar pada waktu itu diberi tanda cap dewa Dionysos. Ini adalah tanda yang menjadi lawan kontras dari tanda cap di jiwa kita yang kita terima melalui Pembaptisan.
6. ay. 17. Orang Kristen yang tidak mempunyai cap tersebut, dikucilkan/ diboykot.
7. ay. 18. Arti angka 666 tidak terlepas dari kenyaaan bahwa huruf Yunani dan Ibrani juga menunjukkan angka. Contohnya alpha/ aleph =1, beta/ beth=2, dst. Maka nama Yesus atau IESOUS menurut huruf Yunani jika dijumlahkan adalah 888. Nah 666 menunjuk jumlah huruf Kaisar Neron (666: yang terdiri dari huruf-huruf NRWN QSR, Nun dalam bahasa Yunani = 50, Resh 200, Waw 6, qoph 100, samech 60, maka NRWN QSR (666) dihitung jumlahnya 666).
Nah menurut arti angka dalam Kitab Suci, 7 adalah angka sempurna, namun 8 adalah angka yang jauh melebihi kesempurnaan yang merupakan angka Messianic. Diulangnya 3 kali itu untuk menunjukkan kepenuhan/ tingkat kelengkapan. Maka angka 666 diartikan sebagai angka yang tidak sempurna, ketidak sempurnaannya diperkuat dengan pengulangan sebanyak 3 kali; walaupun kelihatannya mendekati sempurna. Angka 666 diartikan sebagai angka Anti-Kristus, yang mengacu pada Kaisar Neron dan Kaisar Domitian yang diberi julukan sebagai ‘Kaisar Nero yang hidup kembali’ karena kekejamannya menyerupai Nero. Maka, angka 666 melambangkan juga untuk semua kaisar, penindas, atau siapapun yang mengambil peran sebagai Anti-Kristus sepanjang jaman.
Tafsiran yang menyebut binatang itu adalah Gereja Katolik merupakan tafsiran yang selain kejam juga tidak berdasar. Karena tafsiran itu malah bertentangan dengan Injil dan janji Yesus Kristus sendiri. Kita ketahui bahwa Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16: 18), dan Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (lih. Mat 28:19-20). Gereja yang didirikan Yesus di atas Petrus ini adalah Gereja Katolik, sebab Gereja Katolik adalah Gereja yang dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus, yang secara turun temurun menjaga kemurnian ajaran para rasul. Menuduh bahwa Gereja Katolik adalah “binatang yang keluar dari dalam laut” dan bahkan “anti-kristus” dari Why 13 itu sendiri adalah suatu sikap yang tidak mempercayai janji Kristus yang akan menyertai Gereja yang didirikan-Nya sampai akhir jaman, atau lebih teatnya, menuduh/ menganggap bahwa Tuhan Yesus ingkar janji.
Jika kita mempelajari sejarah, maka kita akan mengetahui bahwa yang dianiaya sepanjang sejarah manusia adalah Gereja Katolik dan bukannya sebaliknya. Aniaya itu sudah ada di abad-abad awal, di jaman Kaisar Nero, dan bahkan sampai sekarang, misalnya di negara-negara komunis dan di negara-negara kaum ekstrimis. Sejarah sendiri mencatat betapa banyak “orang-orang kudus” yaitu para martir dari Gereja Katolik yang dibunuh demi mempertahankan iman mereka.
Kejadian inkuisisi (Inquisition) di abad ke- 13 harus dilihat dengan kacamata obyektif. Inkuisisi ini dimulai atas perintah Paus Gregorius IX tahun 1231, untuk memerangi ajaran sesat Albigensian juga dikenal sebagai Cathars. Ajaran sesat Albigensian ini, seperti heresi Manichaeisme, mengajarkan konsep dualisme, roh dan tubuh; roh itu baik, namun “matter“/ tubuh adalah asal dari segala kejahatan, dan karenanya, menentang Inkarnasi dan Keselamatan [di dalam Kristus, Sabda yang menjelma menjadi 'daging'/ tubuh manusia]. Dengan demikian, heresi ini tidak saja menentang inti iman Kristiani tetapi juga inti basis kemasyarakatan, sebab mereka 1) menentang perkawinan legal sebab perkawinan dikatakan dapat menghasilkan kehidupan fisik/ tubuh yang baru; 2) mengajarkan bahwa bunuh diri adalah sesuatu yang baik, karena mengakhiri kehidupan tubuh; 3) homoseksualitas adalah lebih baik daripada heteroseksualitas, karena tidak ‘menghasilkan’ tubuh/ fisik yang baru; 4) menganggap bahwa kitab Perjanjian Lama termasuk ke 10 perintah Allah sebagai pekerjaan setan. Nah, tak mengherankan, heresi ini berakibat menghasilkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi maksud inkuisisi/ inquisition adalah untuk mempertahankan kemurnian iman Kristiani dan memberikan hukuman eks-komunikasi pada orang-orang yang tidak mau bertobat. Cara inkusisi diambil karena pendekatan persuasif melalui khotbah pengajaran iman yang benar yang dilakukan oleh St. Dominikus dan para biarawan Dominikan tidak sepenuhnya efektif. Order Dominikan kemudian mendapat tugas untuk menangani inkusisi yang didahului oleh semacam pengadilan di hadapan juri yang terdiri dari sedikitnya 20 orang, yang menjadi permulaan dari sistem juri dalam pengadilan modern.
Dalam bukunya yang berjudul Characters of the Inquisition, William Thomas Walsh mengisahkan beberapa Chief Inquisitors, di antaranya Bernard of Gui. Dikatakan bahwa mereka adalah “far from being inhuman, …men of spotless character and sometimes of truly admirable sanctity….”. Setelah itu, mereka yang tidak juga mau bertobat diserahkan kepada pemerintah. Selanjutnya, memang ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum di dalam inkuisisi, terutama dengan melakukan kekerasan, walaupun pada awalnya hal ini dilarang. Sekarang, mari kita melihat apa yang terjadi dalam inkuisisi yang dilakukan oleh Gereja dan yang dilakukan oleh pemerintah sekular pada abad 13-14, dan jumlah korban umat manusia di abad- abad berikutnya.
Sebagai contohnya, di Touluose, dari 1308-1323 hanya 42 orang dari 930 yang diadili dinyatakan sebagai “unpenitent heretics“/ bidat yang tak menyesal, dan diserahkan kepada pihak pemerintah sekular. Inkuisisi di Spanyol: Dalam 30 tahun pemerintahan ratu Isabel, ada sekitar 100,000 orang yang dikirim ke inkuisisi, dan 80,000 dinyatakan tidak bersalah. 15,000 dinyatakan bersalah, namun setelah mereka menyatakan iman secara publik, maka mereka dibebaskan kembali. Hanya ada sekitar 2,000 orang yang meninggal karena keputusan inkuisisi sepanjang pemerintahan Ratu Isabella, dan 3000 orang kemudian dari tahun 1550 - 1800. Sedangkan, sebagai perbandingan, hanya dalam waktu 20 hari, Revolusi Perancis (1794), yang dimotori oleh gerakan “Enlightenment”, meng-eksekusi pria dan wanita sebanyak 16,000- 40,000. Jumlah korban ini, jauh lebih banyak daripada korban inkuisisi dalam 30 tahun pemerintahan Ratu Isabella.
Menurut Raphael Molisend, seorang sejarahwan Protestan, Henry VIII membunuh 72,000 umat Katolik. Orang yang meninggal selama beberapa tahun pada masa pemerintahan Henry VIII dan anaknya Elizabeth I, jauh melebihi apa yang terjadi pada inkuisisi di Spanyol dan Roma selama 3 abad. (Bandingkan dengan Perang Dunia I dan II, yang membunuh 50 juta orang. 40 juta orang meninggal dalam masa pemerintahan Stalin di Rusia. 80 juta orang meninggal di Cina karena revolusi komunis dan 2 juta di Kamboja).
Tentu saja ada kesalahan yang dilakukan oleh putera/i Gereja yang tidak menerapkan hukum kasih selama dalam proses inkuisisi ini. Inilah sebabnya Paus Yohanes Paulus II meminta maaf atas nama mereka, menjelang perayaan tahun Yubelium 2000. Di satu sisi, kita seharusnya melihat keberanian dari Gereja Katolik untuk mengakui kesalahan ini dan dengan berani meminta maaf. Silakan membandingkan dengan agama atau gereja lain, apakah ada yang pernah melakukan hal yang sama, untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh putera dan puteri mereka di masa yang lalu?
Maka tidak benar jika Gereja Katolik membunuh ‘orang-orang kudus’. Pelaksana eksekusi adalah pemerintah sekular, setelah melalui pengadilan inkuisisi para heretik/ bidaat itu dinyatakan bersalah dan tetap berkeras dalam heresi yang bertentangan dengan ajaran Kristiani yang murni yang berasal dari para rasul. Jika kita melihat butir-butir pengajaran Albigensian, yang sangat mirip dengan Manichaeism, maka sesungguhnya kita dapat dengan obyektif melihat bahwa merekalah yang ‘menyimpang’.
Sekarang tentang tuduhan, bahwa Paus ataupun para imam Katolik mengaku sebagai “Kristus”. Paus sebagai penerus Rasul Petrus, memang adalah wakil Kristus di dunia, namun Paus sendiri tidak pernah menyatakan diri sendiri sebagai Tuhan “Penyelamat”/ Mesias dunia. Paus memimpin Gereja sebagai seorang pelayan, mengikuti teladan Yesus sendiri. Ini sangat berbeda dengan klaim yang dibuat oleh kaisar Nero yang menanggap diri sendiri sebagai tuhan, atau yang dibuat oleh Karl Marx dengan mengagungkan sistem komunisme sebagai tuhan/ mesias, dan menolak agama.
Bahwa Gereja Katolik mengklaim dapat mengampuni dosa, itu adalah karena kuasa yang diberikan oleh Yesus sendiri kepada para rasul (lih. Yoh 20:23), dan yang kemudian diteruskan oleh para penerus mereka, yaitu para imam. Karena Gereja Katolik memiliki Tradisi suci yang dapat ditelusuri berasal dari para rasul dan Kristus sendiri, maka klaim itu dapat dibuat oleh Gereja Katolik.
Lalu tentang imam yang diberi kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi, itu juga merupakan sesuatu yang berakar dari pengajaran Kristus dan para rasul. Yesus sendiri yang memerintahkan para murid untuk melaksanakan peringatan perjamuan kudus tersebut (Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20); di mana Ia mau sungguh-sungguh hadir kembali, sehingga mereka yang tidak dengan layak makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya dalam Ekaristi ini, mendatangkan hukuman terhadap dirinya sendiri (lih. 1 Kor 11:23-30). Jadi Tradisi Perjamuan Kudus/ Ekaristi sudah ada sejak jaman para rasul (lih. Kis 2:42) dan ini dimungkinkan karena Kristus memberi kuasa kepada para imam-Nya untuk bertindak dan berkata-kata atas nama-Nya untuk menghadirkan Diri-Nya di tengah Gereja yang dikasihi-Nya, yang kepadanya Yesus telah mengorbankan Diri di kayu salib.
Jadi tuduhan bahwa para imam adalah antikristus karena melaksanakan peran “in persona Christi” pada saat memberikan sakramen-sakramen, adalah bentuk penghinaan kepada Kristus yang memberikan kuasa kepada mereka. Para imam hanya dapat melakukan tugas imamat mereka karena kuasa yang mereka terima dari Kristus, sehingga yang mereka lakukan tersebut adalah “perpanjangan” karya Kristus di dunia. Mereka tidak mencari kemuliaan diri sendiri, mereka tidak melakukan tugas imamat mereka di luar persatuan mereka dengan Kristus, sehingga mereka tidak dapat dikatakan sebagai Anti-kristus. ***
Ditulis oleh Ingrid Listiati, 1 Okt. 2009 dalam www.katolisitas.org
Langganan:
Postingan (Atom)